Catatan Kecil : 525 - Ketika Rasulullah SAW menjelang kewafatannya
Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh,
Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !
“Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam di akhir hidupnya
menggerakkan kedua bibirnya dua kali, lalu aku mendekatkan telingaku dan
aku mendengar Nabi mengucapkan “ UMMATII - UMMATII - Ummatku, ummatku “
secara pelan, lalu wafatlah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam di
hari Isnin bulan Rabi’ul Awwal “
--------------
Ummatii….Ummatii…ummatii.......
Ketika Rasulullah SAW menjelang kewafatannya, Beliau sedang terbaring
di tempat tidurnya di dalam rumahnya. Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar seorang yang mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk ?”
tanyanya. Tapi Saidatina Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maaf,
ayahku sedang tidak dapat ditemui” kata Saidatina Fatimah yang
membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani
ayahandanya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada
Saidatina Fatimah “Siapakah itu wahai anakku ?”. “Tidak tahu ayah,
sepertinya aku baru kali ini melihatnya” tutur Saidatina Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak
dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut” kata
Rasulullah SAW, Saidatina Fatimah pun menahan tangisnya.
Malaikat
maut datang menghampiri, kemudian Rasulullah SAW menanyakan kenapa
Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril
yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di
hadapan Allah ?” Tanya Rasululllah SAW dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril.
Tapi
itu tidak membuat Rasulullah lega, Rasulullah SAW masih penuh
kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini ?” tanya Jibril
lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ?”. “Jangan
khawatir wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku : ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad
telah berada di dalamnya” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat,
saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah SAW ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah SAW bersimbah peluh. “Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini”.
Mata Saidatina Fatimah terpejam,
Saidina Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka. “Tidak sukakah engkau melihatku, hingga kau palingkan
wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah SAW pada Malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal” kata
Jibril. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut
ini kepadaku, jangan pada umatku”.
Badan Rasulullah SAW mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar
seakan hendak membisikkan sesuatu. Saidina Ali segera mendekatkan
telinganya “Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum –
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu”.
Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Saidatina Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Saidina
Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai
kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii! – Umatku, umatku, umatku”.
Dan, berakhirlah hidup manusia yang paling mulia yang memberi cahaya
bagi kegelapan, obat dari seluruh penyakit, penghulu seluruh manusia,
rahasia dari segala rahasia, dan makhluk paling sempurna. Rasul yang
sangat mengkhawatirkan nasib umatnya dari pada dirinya.
Betapa
cintanya Rasulullah kepada kita. Namun, bagaimanakah cinta kita kepada
Rasulullah? Sudahkah kita mengikuti seluruh Sunnahnya?
Allaahumma
sholli ‘alaa saidina Muhammadininnabiyyi ummyi wa ‘ala alihi wa
shohbihi wasallim ‘adadama alimta, wa zinatama alimta, wa mil ama
alimta..
Ya ALLAH, selamat dan sejahterakanlah Rasulullah
Muhammad SAW, nabi yang tidak perlu membaca dan menulis, dan seluruh
ahli keluarga dan para sahabatnya, sebanyak bilangan yang Engkau tahu,
seberat timbangan yang Engkau ahu, dan sepenuh apa pun jua yang Engkau
tahu.
------------------
Ucapan Nabi SAW “Ummatii, Ummatii…”, Benarkan Ini Hadits Syiah ?
Analisis Riwayat Wafatnya Nabi SAW Saat Menyebut Ummatii, Ummatii…
Sungguh berlebihan orang-2 wahabi mengungkit-ungkit, mencibir dan mempermasalahkan kisah wafatnya Nabi Muhammad Saw yang mengucapkan “Ummatii, ummatii …”
Sungguh berlebihan orang-2 wahabi mengungkit-ungkit, mencibir dan mempermasalahkan kisah wafatnya Nabi Muhammad Saw yang mengucapkan “Ummatii, ummatii …”
Seandainya tidak ada riwayat shahihnya
tentang ucapan ini ketika menjelang wafatnya Nabi Saw, bukankah
kehidupan Nabi Muhammad saw mulai sejak lahir, diutus menjadi Rasul
Allah hingga tutup usia bahkan sampai kelak di hari kiamat, Nabi saw
sangat kuatir dan sangat memperdulikan umatnya?
Bukankah Allah
sendiri telah mensifati Nabi Muhammad SAW dengan Harishun ‘alaikum bil
mukminiina Raoufun Rahiim …? (dia sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang
beriman “).
Tidak pernahkah orang-orang wahabi yang
mempermasalahkan kisah Wafat Nabi itu merenungi ucapan yang menggetarkan
hati dan jiwa yang membaca ucapan itu ?
Wafatnya Nabi SAW
Cobalah simak dan renungi bersama kami atas firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikut ini :
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“ Sungguh telah datang padamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman “. (QS: at-Taubah : 128)
Imam Ibnu Katsir memberi komen mengenai ayat ini :
وقوله: { عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ } أي: يعز عليه الشيء الذي يعنت أمته ويشق عليها، { حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ } أي: على
هدايتكم ووصول النفع الدنيوي والأخروي إليكم
هدايتكم ووصول النفع الدنيوي والأخروي إليكم
“ Ucapan, {berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami}, Nabi SAW
begitu merasakan berat (susah) dengan kesusahan yang dialami umatnya.
{dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu}, maksudnya
sangat menginginkan kalian mendapat petunjuk dan mendapatkan manfaat
(syafaat) di dunia maupun di akhirat “.
Ayat ini sudah cukup
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW begitu merasakan kuatir dan amat
sangat memeperhatikan akan nasib umatnya sepanjang hidupnya. Bahkan
dalam kisah yang mashur, kelak ketika di hari pembalasan, Nabi Muhammad
SAW pun berusaha keras untuk mensyafaati menyelamatkan umatnya dari
neraka.
Untuk apa mereka kaum wahabi mempermasalahkan riwayat
“Ummati, ummati…” ketika menjelang wafatnya Nabi baginda Rasulullah
ShallaLlahu ‘alaihi wasallam ? Apakah mereka tidak percaya bahwa Nabi
begitu sangat kuat kepeduliannya dan kuatir atas umatnya ?? Bukankah
nasihat sholat-sholat… di akhir usia baginda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam juga menunjukkan kepedulian beliau atas umatnya agar tidak
meninggalkan sholat, supaya umatya bahagia dunia dan akhirat ? Ayat di
atas sudah cukup menjelaskan sifat mulia Nabi SAW dan kekuatiran Nabi
SAW atas umatnya dalam sepanjang hidupnya.
Hadits :
أنه
صلى الله عليه وسلم قال لجبريل عند موته ” من لأمتي بعدي ” فأوحى الله
تعالى إلى جبريل أن بشر حبيبي إني لا أخذله في أمته ، وبشره بأنه أسرع
الناس خروجا من الأرض إذا بعثوا ، وسيدهم إذا جمعوا وأن الجنة محرمة على
الأمم حتى تدخلها أمته . فقال ” الآن قرت عيني
“Sesungguhnya Nabi
SAW bertanya kepada Jibril, “ Siapa yang memperhatikan umatku setlah
wafatku ?”, maka Allah mewahyukan kepada Jibril untuk memberikan kabar
gembira bahwa AKU (Allah) tidak akan melalaikan umatnya, dan berikan
kabar padanya bahwa ia (Nabi SAW) adalah manusia pertama (paling cepat)
keluarnya dari kuburan ketika hari pembangkitan, dan pemimpin mereka di
hari perkumpulan, dan sesungguhnya surga haram atas umat-umat lainnya
sebelum umat Nabi SAW memasukinya terlebih dahulu”, maka Nabi SAW
berkata, “Sekarang aku sudah tenang”. (HR. Ath-Thabrani)
Hadits
ini memang sanadnya dhaif, namun dalam ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah,
hadits dhaif bukanlah hadits maudhu’ yang mesti dibuang. Karena ada
kecacatan perawinya yang tidak terlalu parah. Hadits ini pun boleh
diamalkan dalam bab manaqib (kisah-kisah), hal ini juga sesuai pendapat
jumhur ulama ahli hadits.
Dan tak ada satu pun ulama ahli hadits
terdahulu yang menghukumi hadits ini maudhu’. Oleh sebab itu al-Hafidz
al-Iraqi menghukumi sanad ini dhoif.[1]
Hadits di atas pun memiliki banyak syawahidnya di antaranya hadits :
إن الجنة حرمت على الأنبياء كلهم حتى أدخلها، وحرمت على الأمم حتى تدخلها أمتي
Hadits ini diriwayatkan Ibnu Adi di Kamil : 5/209 dan Ibnu Abi Hatim di
al-‘ilal : 2167. Hadits ini dihukum gharib oleh ad-Daraquthni,
sedangkan Albani menghukuminya hadits mungkar.[2] Juga hadits berikut
ini :
أنا أول الناس خروجاً إذا بعثوا، وأنا خطيبهم إذا أنصتوا،
وقائدهم إذا وفدوا، وشافعهم إذا حبسوا، وأنا مبشرهم إذا يئسوا، لواء الحمد
بيدي، ومفاتح الجنة يومئذ بيدي، وأنا أكرم ولد آدم يومئذ على ربي ولا فخر,
يطوف علي ألف خادم كأنهم اللؤلؤ المكنون
Hadits ini diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi no. 3610, beliau mengatakan : Ini Hadits Hasan Gharib.[3]
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwasanya sayyidina Ali Kw berkata :
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم في آخر نفسه حرك شفتيه مرتين فالقيت سمعي يقول خفية امتي امتي فقبض
رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثتثن من شهر ربيع الاول
رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثتثن من شهر ربيع الاول
“Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam di akhir hidupnya
menggerakkan kedua bibirnya dua kali, lalu aku mendekatkan telingaku dan
aku mendengar Nabi mengucapkan “ UMMATII - UMMATII - Ummatku, ummatku “
secara pelan, lalu wafatlah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam di
hari Isnin bulan Rabi’ul Awwal “.[4]
Dalam hadits shahih
disebutkan bahwa ketika Nabi selesai membaca surat Ibrahim ayat 36 dan
surat al-Maidah ayat 118, maka Nabi mengangkat kedua tangannya dn
mengucapkan :
اللهم أمَّتِي أمّتِي، وبكى فقال الله -عز وجل-: “يا
جبريل، اذهب إلى محمد -وربك أعلم- فَسَلْه: ما يبكيك؟”، فأتاه جبريل فسأله،
فأخبره رسول الله -صلى الله عليه وسلم- بما قال-وهو أعلم- فقال الله: “يا
جبريل، اذهب إلى محمد فقل: إنا سنرضيك في أمتك ولا نسوءك
“ Ya
Allah, umatku, umatku.. dan Nabi menangis. Maka Allah berkata, “ Wahai
Jibril, pergilah kepada Muhammad – Dan Tuhanmu Maha Mengetahui – dan
tanyalah kepadanya apa yang menyebabkannya menangis ? Maka Jibril
mendatanginya dan bertanya, maka Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan apa yang telah diceritakan, maka Allah menjawab : “ Wahai
Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakanlah, “ Sesungguhnya Kami
(Allah) akan meridhai umatmu, dan tidak akan berbuat buruk pada umatmu’.
(HR. Muslim)
Perhatikan hadits shahih ini, amat jelas
menunjukkan bahwa Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam begitu amat sangat
cinta dan amat sangat kuat perhatiannya kepada umatnya. Baginda
sallaLLahu ‘alaihi wasallam tidak rela umatnya celaka di dunia maupun di
akhirat kelak. Baginda sallaLlahu ‘alaihi wasallam menyebut “ummati”
dua kali. Renungi dan resapi seruan dan doa Nabi tersebut dalam diri
kita, bayangkan beliau menyebut nama kita dua kali…. Tidakkah engkau
merasakan seruan lisan mulia Nabi sallaLLahu ‘alaihi wasallam yang
berdoa dan memohon kepada Allah agar kita sebagai umatnya diselamatkan
dari neraka Allah ?
Lalu apa tujuan mereka mempermasalahkan
riwayat wafatnya Nabi Saw, apakah cuma karena mereka menduga itu hadits
Syiah? Sungguh, kami kuatir mereka yang mempermasalahkan riwayat
“ummati, ummati“ menjelang wafatnya Nabi Muhammad Saw, dari hatinya
dicabut rasa cinta dan rindunya kepada Nabi Muhammad, bukankah ini
kecekaan yang besar? Allahumma nas’alukal ‘afwa wal ‘afiyah, amiin….
Referensi :
[1] Takhrij Ahadits al-ihya, al-Iraqi, bisa lihat di sini : http://www.islamport.com/b/3/alhadeeth/takhreej/
[2] As-Silsilah adh-Dahifah, Albani : 5/354. No. 2329
[3] Hadil Arwah ila Biladil Afrah, Ibnul Qayyim : 1/77-78
[4] Hadits ini disebutkan oleh Syeikh ‘Uthman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khubawi al-Hanafi (w. 1241H) dalam kitabnya Durrah an-Nashihin mukasurat 64, namun beliau tidak menyebutkan sanad periwayatnnya dan sumber asalnya.
Ditulis oleh Ahmad DImyathi, S.Ag
0 komentar:
Posting Komentar