Selasa, 15 Desember 2015

542 - Mengapa Rasulullah SAW Memiliki Syafaat Besar, dan Bukan Para Nabi Lainnya ?

Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda, 
"ANA SAYYIDU WALADI ADAM WALA FAKHRO "
aku adalah sayid junjungan/pemimpin anak cucu Adam (umat manusia) dan itu bukan kesombongan tapi hakekat sebenarnya.
Ini adalah sebuah pernyataan yang menunjukkan kepemimpinannya kepada semua manusia sebagai bentuk kenikmatan Allah dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepadanya, bukan bentuk kesombongan. Allah SWT berfirman :

{وأمَّا بنعمةِ ربك فحدِّث} بشكرها وإشاعتها وإظهار آثارها ، يرد ما أفاضه الله تعالى عليه من فنون النعم ، التي من جملتها المعدودة والموعودة ، والنبوة التي آتاه الله تأتي على جميع النِعم ، ويَدخل في النِعم تعلُّم العلم والقرآن ، وفي الحديث عنه صلى الله عليه وسلم : " التحدُّث بالنِعَم شكر " ولذلك كان بعض السلف يقول : لقد أعطاني الله كذا ، ولقد صلَّيتُ البارحة كذا ، وهذا إنما يجوز إذا ذكره على وجه الشكر ، أو ليُقتدى به ، فأمّا على وجه الفخر والرياء فلا يجوز. هـ.
(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11).
Dengan mensyukurinya, mensiarkannya dan menampakkan hasilnya dengan menjalankan nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan Allah padanya, dan tergolong dalam nikmat Allah adalah belajar ilmu dan al-Quran... ...
Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda "Menyebut-menyebut nikmat adalah syukur", oleh karenanya sebagian ulama Salaf berkata :
"Allah memberiku begini, kemarin aku telah menjalankan shalat sekian"
Yang demikian diperbolehkan bila bertujuan untuk bersyukur atau agar dapat dianut oleh orang lain sedang bila bertujuan riya', sombong dan pamer maka tidak boleh.
Al-Bahr al-Madiid VIII/489

{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ} أنه يجوز للإنسان أن يفتخر بطاعاته ومحاسن أخلاقه إذا كان يظن أن غيره يقتدي به، فثبت أن مطلق التكاثر ليس بمذموم، بل التكاثر في العلم والطاعة والأخلاق الحميدة، هو المحمود، وهو أصل الخيرات
(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11).
Sesungguhnya diperbolehkan bagi seseorang menyebut-nyebut kataatannya, kebaikan-kebaikan perilakunya bila ia menduga bahwa orang lain akan meneladaninya, dengan demikian tidak setiap bermegah-megahan itu tercela, bermegah-megahan dibidang ilmu, ketaatan dan perilaku-perilaku yang baik sangat terpuji karena ia adalah sumber dari segala kebaikan...
Tafsiir Fakhr ar-Rozi 32/227
Dalam Tafsiir al-Maraghi lebih diperjelas bahwa menyebut nikmat duniawi dengan memberikannya pada orang lain,...

(وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ) أي أوسع فى البذل على الفقراء بمالك ، وأفض من نعمه الأخرى على طالبيها ، وليس المراد مجرد ذكر الثروة والإفاضة فى حديثها ، فإن ذلك ليس من كرم الأخلاق فى شىء.

(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11)
Artinya perbanyak memberi pada orang fakir dengan hartamu, limpahkan nikmat-nikmat ukhrawi pada penuntutnya, bukan yang dimaksud hanya sekedar menyebut-nyebut kekayaan dan anugerah dalam pembicaraannya karena yang demikian bukanlah tergolong suatu akhlak yang mulia.
Tafsiir al-Maraaghi 30/187
{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ} والكتمان كفران النعمة ، وقد ذم الله عز وجل من كتم ما آتاه الله عز وجل وقرنه بالبخل فقال تعالى: {ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَآ ءَاتَـﯩـٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦۗ} وقال صلى الله عليه وسلم: «إِذَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً أَحَبَّ أَنْ تُرَى نِعْمَتُهُ عَلَيْهِ»، وأعطى رجل بعض الصالحين شيئاً في السر فرفع به يده وقال: هذا من الدنيا والعلانية فيها أفضل والسر في أمور الآخرة أفضل. ولذلك قال بعضهم: إذا أعطيت في الملأ فخذ ثم اردد في السر والشكر فيه محثوث عليه. قال صلى الله عليه وسلم: «مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ»
(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11)
Menyembunyikan artinya menkufuri nikmat, Allah sangat mencela orang yang menyembunyikan apa yang telah Allah berikan dan menghubungkannya dengan kata kikir, Allah berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka.” *QS. 4:37)
Nabi SAW bersabda :“Saat Allah memberi nikmat pada seorang hamba, Dia lebih suka bila nikmat tersebut dilihat dariNya”.Sebagian Ulama Shalih diberikan sesuatu oleh orang dia mengangkat tangannya seraya berkata “Yang ini bagian dari duniawi maka menampakkannya lebih utama, sedang menyembunyikan urusan-urusan akhirat lebih utama”.Karenya sebagian Ulama berkata “Bila engkau diberikan sesuatu dalam sebuah perkumpulan maka ambilah kemudian kembalikanlah saat dalam kondisi sendirian, dan mensyukurinya sangat dianjurkan”.

Nabi SAW bersabda “barangsiapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) pada orang-orang, ia pun tidak akan dapat bersyukur pada Allah ‘Azza Wa Jalla”.
Ihyaa’ ‘Uluum ad-Diin I/206

Dengan mensyukurinya, mensiarkannya, menampakkan hasilnya serta mengaplikasikannya dalam amaliyah yang nyata.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّ ثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur). (QS. Ad-Duha: 11)
Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda :

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تُنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ, وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ, وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ تَحْتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ (روَاه التِرْمِذي وَابنُ مَاجَه عن أبي سَعِيد الخُذْرِي وَالحَاكِم عن جابِر بِإٍسْنَادِ حسَنٍ).

“Aku adalah Sayyid pemimpin dari anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri (tanpa ada kesombongan), dan Aku adalah orang yang pertama memberikan syafa’at dan orang pertama yang diterima syafa’atnya. Di tangan-Kulah “BENDERA PUJI” dan dibawah bendera itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya” (Anak Cucu Adam). (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri, dan riwayat al-Hakim dari Jabir dengan sanad yang shoheh).

يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ (رَوَاهُ ابنُ مَاجَه عنْ عُثْمَان).

“Yang dapat memberi syafa’at besok pada Yaumul Qiyamah ada tiga : yaitu para Anbiya’ kemudian para Ulama’, kemudian para Syuhada’ ”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Usman Ra.).

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ. وَأَمَّا حَيَاتِي فَأَسُنُّ لَكُمُ السُّنَنَ, وَأَشْرَعُ لَكُمُ الشَّرَائِعَ. وَأَمَّا مَمَاتِي فَإِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ, فَمَا رَأَيْتُ مِنْهَا حَسَنَاتٍ حَمِدْتُ اللهَ عَلَيْهِ وَمَارَأَيْتُ سَيِّئَاتٍ إِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ (رَواهُ البزَّار عن ابنِ مَسْعُودٍ بِإسْنَادٍ صَحِيْح).

“Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku pun kebaikan bagi kamu sekalian. Adapun hidup-Ku maka-AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-Ku (yang juga kebaikan bagi kamu sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, Aku memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa yang Aku melihatnya keburukan, maka Aku memohonkan ampunan kepada Alloh bagi kamu sekalian” (Diriwayatkan oleh Bazzar dari Abdullah bin Mas’ud dengan sanad yang shoheh).

Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin semua manusia di dunia dan akhirat. Di akhirat, semua manusia mengakui kepemimpin dan keutamaannya, baik manusia yang beriman maupun durhaka, manusia yang bahagia maupun celaka. Sementara itu, di dunia, tidak semua manusia mengakui kepemimpinannya kecuali manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pemimpin kaum adalah orang yang paling mulia dan murah hati di antara mereka, yang memerhatikan perkara mereka, serta berusaha memberikan kebaikan urusan mereka. Pemimpin kaum adalah orang yang dituju dalam kesedihan dan berbagai bencana serta diharap kebaikannya dalam keadaan-keadaan sulit dan sempit.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyatakan posisi kepemimpinannya agar mereka datang kepadanya dalam keadaan-keadaan yang paling menyulitkan,yaitu saat peristiwa bangkitnya kiamat dan prahara-praharanya. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan manusia dari bencana dan kesulitan saat itu kecuali pemimpin mereka. Ketika itu manusia melihat kepemimpinan Rasulullah SAW dan mengakuinya.

Imam Nawawi mengatakan dalam Syariah Shahih Muslim, “Allah memberikan ilham kepada manusia untuk meminta syafaat kepada Adam dan Rasul sesudahnya pada saat dimulainya hisab dan tidak memberikan ilham kepada mereka untuk meminta syafaat kepada Nabi SAW untuk pertama kalinya. Hal ini adalah untuk memperlihatkankeutamaan Nabi SAW. Ada kemungkinan Rasul lainnya mampu memberikan syafaat ini sebelum mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad SAW. Apabila mereka memintanya dari Rasul-rasul lain selain Nabi Muhammad SAW dan para rasul ini tidak mampu memberikan apa yang mereka minta, lalu mereka meminta syafaat dari Nabi Muhammad SAW, dan beliau sanggup memberikan syafaat ini maka ini menunjukkan puncak pangkat, kesempurnaan kedekatan, dan kebesaran pemberian petunjuk dan ketenangan.”

Imam An-Nawawi mengatakan, “Hadis ini juga menunjukkan keutamaan Nabi SAW di atas semua makhluk dari para rasul, anak Adam, dan malaikat. Sesungguhnya tidak ada yang mampu memberikan perkara besar ini – syafaat al-uzhma(agung) –selain beliau. Wallahu a’lam.”
Tidak seorang pun dari para rasul yang dapat memberikan syafaat besar karena saat itu dipenuhi dengan murka Allah SWT. Oleh karena itu, setiap rasul mengatakan, “Sesunggguhnya Tuhan pada hari ini murka dengan murka yang belum pernah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu setelahnya.” Maka tidak dapat mensyafaati kecuali kekasih Allah yang paling terkasihi dan paling dekat dengan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Agar seseorang tidak terjatuh dalam keraguan mengenai apakah para nabi salah atau berdosa padahal mereka adalah maksum, hal tersebut perlu dijelaskan di sini.
Para ulama terdahulu telah memberikan jawaban atas apa yang dinisbatkan kepada para nabi berupa perbuatan dosa, setelah Al-Qur’an dan sunah menunjukkan dengan jelas kemaksuman mereka dari penyelewengan dan perbuatan haram. Setiap ulama terdahulu telah memberikan jawaban yang di dalamnya terdapat penjelasan kesucian para nabi, kesempurnaa, kemuliaan, dan kebebasan mereka dari perbuatan-perbuatan keji dan buruk.

Jika bukan karena khawatir memperpanjang lebar , kami akan menyebutkan disini pendapat-pendapat mengenai hal itu dengan terperinci. Akan tetapi, disini kita menyebutkan satu pendapat yang masyhur di kalanan para ulama yang disebutkan dalam kitab-kitab ulama salaf dan dijelaskan dalam kitab-kitab ulama khalaf.

Dosa-dosa yang dinisbatkan kepada para nabi yang tersebut di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi SAW sama sekali bukan seperti dosa-dosa yang dilakukan oleh selain mereka. Akan tetapi, ini adalah bagian bab kaidah yang ditetapkan dalam masyhur di kalangan semua lapisan ulama baik salaf maupun khalaf.

Kaidah ini berbunyi, “Kebaikan bagi al-abrar adalah keburukan bagi al-muqarrabun, mubah bagi orang awam adalah keburukan bagi orang al-abrar.” 

Dosa yang dinisbatkan kepada para nabi dalam suatu ayat atau hadis adalah dosa jika dikaitkan dengan posisi mereka yang tinggi dan khusus, walaupun bukan dosa jika dikaitkan dengan selain mereka, bahkan dianggap kebaikan. Wallahu a’lam.
Akhir do’a kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. AMIIN !.

AL FAATIHAH - MUJAHADAH !

2 komentar:

  1. YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !

    Bacalah selalu baik lisan maupun dalam hati kalimat nida'
    "Yaa sayyidii yaa Rosulalloh".

    Berfaedah sangat besar dan luar biasa untuk keperluan apa saja terutama untuk membersihkan hati dan ma'rifat Billah wa Rosulihihi SAW.

    Boleh diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan, baik tua, muda, dari suku bangsa manapun dan agama apapun.

    Sebarkan kepada seluruh kerabat, teman, tetangga, sahabat dan semua orang yang kita temui.

    Terima kasih dan Jazaa kumulloohu khoirooti wa sa'aadaatid dun-ya wal aakhirfoh Amiin !.

    BalasHapus

Selamat Datang

Assalamu 'alaikum wa 'alaikunna wr. wb.

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM

Selamat datang, bergabung dan menyimak di halaman Silaturrahmi http://tujuhtujuhbelas.blogspot.co.id

FORUM KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WAHIDIYAH

Catatan Kecil : KISAH DAN PETUAH INSPIRATIF, DISKUSI DAN DIALOG INTERAKTIF, LAYANAN TANYA JAWAB DAN KONSULTASI ONLINE SERTA BERBAGI ATAU SHARING.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !

Bacalah selalu baik lisan maupun dalam hati dimana ingat dan kapanpun Anda berada kalimat nida' :

"YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !"

Berfaedah sangat besar dan luar biasa, berfungsi sebagai "Rahmatan Lil 'alamiin" dan "Tibbil Qulub" artinya rahmat (welas asih) bagi seluruh alam dan penyembuh atau obat hati, dapat berfadhilah untuk keperluan/hajat apa saja, solusi masalah apa saja, terutama untuk membersihkan dan menjernihkan hati, untuk kedamaian dan ketentraman jiwa serta sadar ma'rifat Billah wa Rosulihihi SAW. Berfadhilah untuk menyembuhkan dan mengobati hati dari sifat-2 tercela dan kegundahan, mengobati tubuh dari beberapa penyakit (memberikan kesehatan jasmani dan rohani), memberi cahaya dan sinar bagi mata hati. Buktikan sendiri keampuhan do'a tawassul tersebut, Insya Alloh Anda akan dapat merasakan berkah dan manfaatnya !. Amiin !.

AMALKAN “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” diulang-ulang selama kurang lebih 30 menit tiap hari, selama 40 hari berturut-turut.

Boleh diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan, baik tua, muda ataupun anak-anak, dari suku bangsa manapun dan agama apapun silakan mengamalkan, bahkan sangat dianjurkan tuk menyiarkannya.

Sebar luaskan kepada seluruh kerabat, teman, tetangga, sahabat dan semua orang yang kita temui dengan ikhlas, bijaksana dan welas asih.

Terima kasih dan Jazaa kumulloohu khoirooti wa sa'aadaatid dun-ya wal aakhirfoh Amiin !.

Posted by:

AHMAD DIMYATHI, S. Ag

Mobile Phones :
(0251) 8660966 (Kantor)
082226668817
085773653117
089527405377

Email :
pak.dimyathi@gmail.com

Facebook :
https://www.facebook.com/ahmad.dimyathi.5264

Twitter :
https://twitter.com/AHMADDIMYATHISA

Groups :
https://www.facebook.com/groups/1578120242468050/

Basic Information :
Kominfo Wahidiyah

Birthday :
February 25, 1958

Gender :
Male

Home Address :
Cimandala Sukaraja Bogor Jabar.
© CatatanKecil 2016. Diberdayakan oleh Blogger.