Bangunlah Dari Mimpi (2)
Lihat Postingan di Facebook
Ketika ruhani diajarkan agama oleh Arwahul Muqadasyah Rasulullah saw yang disalurkan oleh waliyamursyida, maka ruhani manusia akan mampu memandang hal-hal yang selama ini dianggap gaib. Ketika ruhani telah “dihidupkan” maka dia akan mampu mencapai alam Rabbani sehingga hal yang paling gaib sekalipun akan menjadi nyata.
Benar ucapan Ali bin Abi Thalib: “Manusia di dunia
ini sesungguhnya sedang tidur. Manakala mati, mereka bangun” karena
alam setelah kematian menjadi gaib atau abstrak bagi manusia yang sedang
hidup, ketika manusia meninggal, alam kubur menjadi nyata dan alam
dunia ini akan menjadi alam gaib atau abstrak baginya. Bagi orang yang
telah meninggal dunia, alam kubur dengan segala isinya akan menjadi
nyata (hidup) dan alam dunia akan menjadi abstrak (mimpi) baginya.
Alam kubur atau alam setelah kematian tidak akan bisa ditembus oleh
jasmani manusia karena dimensinya berbeda, itulah sebabnya bagi kalangan
awam, alam kubur itu menjadi sebuah misteri, hal yang tidak bisa
terungkap. Berbeda dengan orang yang ruhaninya telah di isi dengan
Kalimah Allah (ruhani nya telah diajarkan) atau telah mengalami apa yang
di istilahkan oleh Rasulullah sebagai “Mati sebelum mati” maka
ruhaninya akan bisa menembus alam kubur bahkan alam akhirat sekalipun.
Dalam surat Al-Fatihah Allah menyebutkan “Aku adalah Raja Akhirat”,
artinya Allah berada dalam dimensi akhirat, itulah sebabnya ketika
ruhani manusia belum dihidupkan, belum bisa menembus alam akhirat maka
Allah tidak akan bisa dijangkau sama sekali. Akal akan mengalami jalan
buntu ketika ingin menjangkau Allah yang berada di dimensi berbeda.
Ilmu agama yang dipelajari di sekolah, di pasantren atau universitas
Islam adalah ilmu agama untuk jasmani manusia bukan untuk ruhani
manusia. Disana hanya diajarkan sifat malaikat tapi tidak diajarkan
teknik atau cara berjumpat dengan malaikat. Disana hanya diajarkan
tentang Tuhan, nama dan sifat-Nya tapi tidak diajarkan cara berjumpa dan
memandang wajah-Nya. Ketika kita terlalu fokus kepada
pelajaran-pelajaran jasmani, maka ruhani akan merana, ruhani selamanya
tidak berada dalam agama,
Ketika ruhani tidak berada dalam Agama
atau tidak Islam, maka selama dia akan penasaran tentang alam kubur,
alam akhirat, hal-hal yang berhubungan dengan kematian, dalam lubuk hati
yang paling dalam dia pasti merasakan takut akan kematian dan selamanya
tidak mampun menjawab nasib apa yang dialami setelah kematian.
Sementara ruhani yang telah di isi dengan Kalimah Allah, dari dunia
telah beserta dengan Allah maka dia tidak lagi penasaran akan hal-hal
setelah kematian karena ruhaninya telah mampu menembus alam setelah
kematian.
Rasulullah SAW dalam isra’ mijrak mampu melihat surga
dan neraka, melihat hal-hal yang tidak bisa dijangkau dengan akal karena
ruhani Beliau telah melewati batas-batas alam dunia ini. Seharusnya
ummat Nabi juga harus mampu menembus alam duniawi sehingga ruhaninya
dari sekarang sudah berada di alam akhirat, alam Rabbani, Alam dimana
manusia dengan Tuhan begitu dekat dan akrab.
Di akhir zaman ini
manusia penasaran tentang wujud Tuhan sementara dia dengan yakin menolak
cara untuk bisa mencapai yaitu Tareqatullah. Ketika tarekat dengan
medote luar biasa warisan Rasulullah di tolak, diangap bid’ah maka saat
itulah manusia menjadi bingung akan eksistensi Tuhan. Manusia hanya bisa
berbicara tentang apa yang tertulis dalam kitab suci tapi tidak mampu
menembus dimensi lain dari kitab suci itu sendiri yaitu dimensi tanpa
batas atau dimensi tak terhingga.
Kemudian manusia hanya memahami
agama secara jamaninya akan lalai dengan ibadah-ibadah rutin,
meyakinkan diri bahwa dia telah shaleh, telah melaksanakan perintah
agama dengan baik tanpa bisa naik kepada dimensi selanjutnya. Tuhan
tidak bisa dijangkau dengan akal maka pelajaran agama yang diterima akal
akan hilang ketika manusia tidur, akan hilang ketika manusia tidak
sadar dan akan lenyap ketika manusia berada di alam setelah kematian.
Lalu bekal apa yang diandalkan manusia menghadapi pertanyaan malaikat
setelah kematian tentang “Siapa Tuhanmu?”. Ketika tidur pun dia tidak
mampu menjawab pertanyaan itu bagaimana mungkin dia bisa menjawab
pertanyaan itu setelah mati, sementara akal pikiran tempat ilmu agama
itu tersimpan juga sudah tidak ada lagi. Artinya dia tidak bisa menjawab
sama sekali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan malaikat dan kalau
pertanyaan itu tidak bisa dijawab maka tempatnya sudah jelas dimana,
disiksa selamanya.
Kalau hanya mengandalkan amal ibadah,
bagaimana mungkin amal ibadah bisa diterima kalau semasa di dunia
ruhaninya tidak mengenal Allah sama sekali. Lalu siapa yang disembah
dalam setiap ibadah? Wajah siapa yang hadir dalam ibadahnya? Sedangkan
wajah Allah Yang Maha Agung tidak pernah dikenal sama sekali.
0 komentar:
Posting Komentar