(Catatan Kecil : 3) HAL SYAFA’AT
Catatan Kecil : 543 - KISAH DAN PETUAH INSPIRATIF, FORUM
Di facebok tercatat sebagai catatan ke 543, Lihat postingan di Facebook
Syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. itu terjadi di dunia dan akhirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harga adalah iman, Islam dan ihsan di dada setiap mukmin dan muslim. Boleh dikatakan bahwa syari’at Islam tuntunan Rosululloh SAW. adalah syafa’at Nabi SAW. Adapun syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, di akhirat kelak yang disebut “SYAFA’ATUL UDZMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat.
--------Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh, Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !------------
HAL SYAFA’AT
“SYAFA’AT” maknanya adalah “PERTOLONGAN”. “Syafa’atan Hasanatan” berarti pertolongan yang membawa kepada kebagusan. Dan syafa’atan sayyiatan adalah pertolongan yang menyeret kepada kejahatan dan kekejian. Di dalam pembahasan disini yang dimaksud adalah Syafa’atan Hasanatan. Di dalam syarah Sulam halaman 7 dikatakan :
اَلشَّفَاعَةُ سُؤَالُ الْخَيْرِ مِنَ الْغَيْرِ لِلْغَيْرِ.
Yang disebut syafa’at adalah memohonkan kebaikan dari atau orang lain untuk orang lain.
Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa baik diminta maupun tidak diminta.
Didalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan syafa’at dipakai untuk pertolongan yang khusus dari Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, umpamanya oleh para auliya’ Alloh, oleh ulama’ atau sholihin atau oleh orang yang lebih tua umurnya disebut barokah atau do’a restu, bantuan, dukungan atau jangkauan sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya. Syafa’at dalam arti pertolongan.
Syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. itu terjadi di dunia dan akhirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harga adalah iman, Islam dan ihsan di dada setiap mukmin dan muslim. Boleh dikatakan bahwa syari’at Islam tuntunan Rosululloh SAW. adalah syafa’at Nabi SAW. Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rosululloh SAW. tersebut disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui para sahabat Rodhiyalloohu Ta’ala Anhum, kepada para Tabi’in – para Tabi’it Tabi’in – para Ulama’ Salaf, para Auliya’, para sholihin, para Ulama’ Kholaf – para Kyai, para cendekiawan – ustadz, para guru akhirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka adalah perantara antara kita dengan Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Mereka-mereka itu adalah penyambung/ penyalur syafa’at Rosululloh SAW kepada para umat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur syafa’at adalah juga dari syafa’at Rosululloh SAW. Dan begitu seterusnya, sambung menyambung. Tanpa Rosululloh SAW mereka tidak melakukan hal-hal seperti itu, kita pun tidak memiliki iman, Islam dan ihsan serta faham-faham keagamaan seperti sekarang ini.
Begitu gambaran luasnya syafa’at Rosululloh SAW. Di dunia ini dan begitu penting dan berharga bagi kita para umat sehingga kita tidak mampu menghitung betapa besarnya nilai syafa’at Rosululloh SAW. Ini suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan. Kita butuhkan untuk membawa diri kita kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan menyeret kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.
Adapun syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, di akhirat kelak yang disebut “SYAFA’ATUL UDZMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang mahsyar itu nanti seluruh umat manusia dari zaman nenek moyang kita Kanjeng Nabi Adam ‘alaihis sholaatu was salaam, sampai manusia yang terakhir menemui hari qiyamah dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat suatu tragedi kebingungan yang sangat memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu dikebawahkan oleh Alloh SWT hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia mengalami problem-problemnya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di dunia. Disebut “Yaumul Hasyri” atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak, baik ibu, baik anak, baik saudara dan sebagainya saling tuntut menuntut, saling tuduh menuduh satu sama lain. Satu sama lain melarikan diri ketakutan, takut karena tuntutan.
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ. يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيْهِ. وَأُمِّهِ وَأَبِيْهِ. وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ. لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ (80- عبَسَ : 23-27).
“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari seseorang melarikan diri (karena takut dituntut) dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkan” (80 – ‘Abasa : 33, 34, 35, 36, 37).
Akan tetapi kemanapun larinya toh akhirnya dipertemukan juga satu lawan yang lain. Terjadilah pertengkaran yang seru saling tuntut menuntut dan saling tuduh menuduh. Ada yang menang dan ada yang kalah. Siapa yang kalah, terjatuh masuk ke dalam jurang neraka. Mungkin ada yang sama-sama kuat, dan keduanya terjungkir masuk ke dalam jurang neraka bersama-sama.
Di dalam peristiwa yang dahsyat di padang Mahsyar seperti diatas itulah timbul kepanikan yang sangat memuncak, kemudian para manusia sama minta pertolongan kepada nabi-nabi mulai dari Kanjeng Nabi Adam ‘alahis-sholaatu was salam dan seterusnya agar dapat terlepas dari peristiwa yang dahsyat itu. Akan tetapi semua nabi-nabi yang dimintai syafa’at atau pertolongan itu sibuk oleh dirinya sendiri.
Akhirnya Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh ‘alaihis salam-lah yang tampil cancut tali wondho memberikan pembelaan bagi para umat dengan bersungkur sujud memohon ampunan dan kasih sayang kepada Alloh SWT bagi para umat. Dan Alloh SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pun kemudian berkenan mengabulkan munajat Nabi dan Kekasih-Nya nomor satu itu. Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW, pembela dan pembebas umat dari kesengsaraan. Inilah yang dimaksud “SYAFA’ATUL ‘UDHMA” syafa’at paling agung.
Sebagai umat Kanjeng Nabi SAW kita harus menyadari betapa besar pengorbanan Beliau SAW, di dalam membela umat. Kemudian kita perlu koreksi diri sampai seberapa mendalamnya mahabbah dan ta’dhim kita kepada Beliau shollallohu alaihi wassalam.
AL FAATIHAH………
Ada sebagian pendapat yang ingkar tidak mempercayai adanya “Syafa’at” dengan mengemukakan ayat 48 surat no. 74 Al Mudatstsir :
فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِيْنَ (74-المدَثِّر: 48).
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at” (74 – al-Mudatstsir : 48).
Pendapat ini tidak akan dapat dibenarkan, oleh karena yang dimaksud “mereka” dalam ayat tersebut adalah kuffar minal mujrimiin, orang-orang kafir yang mendustakan atau tidak mempercayai adanya “Yaumud-diin” hari pembalasan sebagaimana disebutkan ayat sebelumnya yaitu ayat no. 46 :
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِيْنِ (74- المدثِّر:46).
“Dan adalah kami mendustakan Hari Pembalasan “ (74- al-Mudatstsir : 46).
Sedangkan syafa’at yang dimaksud seperti di atas adalah dalam hubungannya dengan orang mukmin. Adapun pendapat yang mempercayai adanya syafa’at menggunakan dasar surat no. 20 Thoha ayat 109 :
يَوْمئِذٍ لاَيَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ لِمَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قُوْلاً (20-طه:109).
“Pada hari itu tidaklah berguna sesuatu syafa’at, kecuali (syafa’atnya) orang yang Alloh Maha Pemurah telah memberi ijin kepadanya dan Dia meridhoi perkataannya “ (20 - Thoha : 109).
Jelas dari ayat tersebut bahwa ada orang yang diijinkan dan diridhoi Alloh SWT memberikan syafa’at. Dan kita yakin, Beliau Rosululloh SAW, diberi mandat penuh oleh Alloh SWT untuk memberikan syafa’at. Sebab Beliau SAW, adalah Nabi, Utusan dan Kekasih Alloh nomor satu yang diberi predikat “Sayyidul Anbiyaa Wal Mursalin” yang “Dzuu Khulqin ’Adhiim” berbudi luhur dan yang menjalankan fungsi “Rohmatan lil ‘Alamin”.
Dalam hubungan syafa’at, Rosululloh SAW bersabda :
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تُنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ, وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ, وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ تَحْتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ (روَاه التِرْمِذي وَابنُ مَاجَه عن أبي سَعِيد الخُذْرِي وَالحَاكِم عن جابِر بِإٍسْنَادِ حسَنٍ).
“Aku adalah Sayyid dari anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri, dan Aku adalah orang yang pertama memberikan syafa’at dan orang pertama yang diterima syafa’atnya. Di tangan-Kulah “BENDERA PUJI” dan dibawah bendera itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya” (Anak Cucu Adam). (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri, dan riwayat al-Hakim dari Jabir dengan sanad yang shoheh).
يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ (رَوَاهُ ابنُ مَاجَه عنْ عُثْمَان).
“Yang dapat memberi syafa’at besok pada Yaumul Qiyamah ada tiga : yaitu para Anbiya’ kemudian para Ulama’, kemudian para Syuhada’ ”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Usman Ra.).
حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ. وَأَمَّا حَيَاتِي فَأَسُنُّ لَكُمُ السُّنَنَ, وَأَشْرَعُ لَكُمُ الشَّرَائِعَ. وَأَمَّا مَمَاتِي فَإِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ, فَمَا رَأَيْتُ مِنْهَا حَسَنَاتٍ حَمِدْتُ اللهَ عَلَيْهِ وَمَارَأَيْتُ سَيِّئَاتٍ إِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ (رَواهُ البزَّار عن ابنِ مَسْعُودٍ بِإسْنَادٍ صَحِيْح).
“Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku pun kebaikan bagi kamu sekalian. Adapun hidup-Ku maka-AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-Ku (yang juga kebaikan bagi kamu sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, Aku memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa yang Aku melihatnya keburukan, maka Aku memohonkan ampunan kepada Alloh bagi kamu sekalian” (Diriwayatkan oleh Bazzar dari Abdullah bin Mas’ud dengan sanad yang shoheh).
Jelaskan bahwa syafa’at Rosululloh SAW, itu meliputi di dunia dan di akhirat. Di dunia memberikan syafa’at berupa bimbingan, tuntunan,dan tarbiyah lahir batin, syar’an wa haqiiqotan, material dan moril spiritual, bahkan boleh dikatakan jasadan wa ruuhan. Iman dan Islam kita ini adalah syafa’at dan jasa dari Rosululloh SAW. Bahkan lebih lagi dari pada itu. Segala hidup dan kehidupan kita dan segala apa yang ada di dunia ini adalah sebab syafa’at atau jasa dari Rosululloh SAW. Mari kita renungkan Ayat – 103 Surat Ali Imron :
وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَاحُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَيِّنُ اللهُ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ (4- آل عمران : 103).
“Dan kamu sekalian sudah berada di tebingnya jurang neraka, kemudian Alloh menyelamatkan kamu sekalian dari padanya; demikian Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu sekalian agar kamu sekalian mendapatkan petunjuk” (3 – Ali Imron : 103).
Kita para manusia waktu itu yaitu pada zaman jahiliyah sudah berada di tebingnya jurang dan sudah akan menjerumus kepada kehancuran akibat ulah manusia itu sendiri makin jauh dari Tuhan sehingga nyaris sudah kehilangan sifat-sifat kemanusiaanya. Tingkah laku perbuatannya sudah menyerupai binatang bahkan lebih buas dari pada binatang buas. Kemudian Alloh SWT menyelamatkan manusia dengan mengutus Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW untuk menjadi juru penerang dalam kegelapan dan Juru Selamat dari kesengsaraan dan kehancuran, sebagai perwujudan rahmat kasih sayang Alloh SWT kepada seluruh alam.
وَمَا أَرْسَلنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ (21-الأنبياء:107).
“Dan tiada AKU mengutus Engkau (Muhammad SAW) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (21–al-Anbiyaa : 107).
Ditetapkannya Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai rosul utusan Alloh itu bukan hanya terbatas buat Bangsa Arab saja, melainkan meliputi buat seluruh umat manusia se dunia.
وَمَا أَرْسَلنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُوْنَ (24-السباء:28).
“Dan tiada AKU mengutus Engkau (Muhammad SAW) melainkan buat seluruh umat manusia seluruh dunia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau mengerti” (34-As Sabaa’: 28).
Demikian itulah fungsinya Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW utusan Alloh, Pemimpin seluruh bangsa umat manusia sedunia, yang telah membebaskan manusia dari belenggu imperialis nafsu angkara murka dan menyelamatkan manusia dari ranjau kebiadaban. Maka oleh karena itu kita sebagai umat yang telah diselamatkan seharusnya menyadari hal itu dan seharusnya beradab lahir batin yang sebaik-baiknya terhadap Beliau Rosululloh SAW. Dimanapun dan kapan saja serta apapun yang sedang kita kerjakan. Lebih-lebih ketika membaca sholawat. Sholawat apa saja.
Setengah daripada adab ketika membaca sholawat seperti sudah kita singgung dimuka, yaitu harus disertai niat beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA’ALAA, semata-mata melaksanakan perintah Alloh, tanpa ada pamrih atau keinginan suatu apapun. Melaksanakan perintah Alloh SWT dengan sepenuh ta’dhim dan mahabbah semurni-murninya. Jangan sampai kita maunya membaca sholawat karena menengok lebih-lebih kepincut ingin memperoleh fadhiilah-fadhiilahnya membaca sholawat. Ingin pahala, ingin surga, ingin terkenal, ingin diberi keistimewaan-keistimewaan,
ingin ini ingin itu dan lain-lain, jangan. Sebab yang demikian itu akan
merusak atau mengurangi ta’dhim dan mahabbah kita kepada Alloh wa
Rosulihi SAW, untuk kepentingan nafsu !. Ini sangat suu-ul adab sekali.
Ingin kepada kebaikan-kebaikan dan fadhiilahnya membaca sholawat, baik kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat boleh saja, bahkan memang kita diperintahkan agar usaha mencari kebaikan dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Dalam segala hal apa saja. Ketika menghadapi kesulitan misalnya, disamping harus sabar dan ridho dan tawakal harus ikhtiar mencari kesembuhan atau mencari obat. Hanya sabar, ridho dan tawakal tetapi tidak ikhtiar atau usaha jalan keluarnya adalah terkecam dan termasuk dosa. Begitu seharusnya. Akan tetapi janganlah “keinginan-keinginan” seperti itu yang menjadi dasar dan yang mendorong kita mau membaca sholawat. Dasar ta’dhim dan mahabbah dan niat ibadah kepada Alloh SWT. dengan ikhlas LILLAH karena Alloh harus senantiasa menjiwai di dalam kita membaca sholawat atau di dalam kita menjalankan ibadah-ibadah lainnya.
Sabda hadits-hadits di muka ada keterangan lainnya tentang fadhiilah kebaikannya membaca sholawat justru harus kita jadikan pendorong untuk meningkatkan dan memperkuat iman dan mahabbah kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Justru harus kita jadikan pendorong dan penguat rasa ta’dhim dan kagum kita terhadap kebesaran dan kasih sayang Alloh wa Rosuulihi SAW kepada kita para umat justru harus kita jadikan untuk meningkatkan syukur kita kepada Alloh SWT.
Sehingga dengan demikian, dengan memperbanyak membaca sholawat, akan tumbuhlah rasa syauq atau rindu yang mendalam di dalam lubuk hati nurani kita, sehingga kita benar-benar secara lahiriyah dan secara batiniyah menjadi ABDULLAH hamba Alloh yang benar, menjadi UMAT MUHAMMAD SAW, yang taat setia secara utuh dan konsekuen sehingga kita bisa meniru budi, sikap dan kepemimpinan Rosulullah SAW, yang “Rohmatan lil ‘alamiin”, yang “Dzuu khulqin ‘adhiim” yang “Bil-mukminiin rouufur rohiim”, yang senantiasa memberi manfa’at kepada orang lain, berguna bagi bangsa, negara dan masyarakat umat manusia dan bagi makhluq lingkungan hidupnya. Manfa’at lahir manfa’at batin, manfa’at di dunia dan manfa’at di akhirat.
Syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. itu terjadi di dunia dan akhirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harga adalah iman, Islam dan ihsan di dada setiap mukmin dan muslim. Boleh dikatakan bahwa syari’at Islam tuntunan Rosululloh SAW. adalah syafa’at Nabi SAW. Adapun syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, di akhirat kelak yang disebut “SYAFA’ATUL UDZMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat.
--------Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh, Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !------------
HAL SYAFA’AT
“SYAFA’AT” maknanya adalah “PERTOLONGAN”. “Syafa’atan Hasanatan” berarti pertolongan yang membawa kepada kebagusan. Dan syafa’atan sayyiatan adalah pertolongan yang menyeret kepada kejahatan dan kekejian. Di dalam pembahasan disini yang dimaksud adalah Syafa’atan Hasanatan. Di dalam syarah Sulam halaman 7 dikatakan :
اَلشَّفَاعَةُ سُؤَالُ الْخَيْرِ مِنَ الْغَيْرِ لِلْغَيْرِ.
Yang disebut syafa’at adalah memohonkan kebaikan dari atau orang lain untuk orang lain.
Atau mudahnya, mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa. Memberi jasa baik diminta maupun tidak diminta.
Didalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan syafa’at dipakai untuk pertolongan yang khusus dari Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Sedangkan pertolongan yang diberikan oleh selain Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, umpamanya oleh para auliya’ Alloh, oleh ulama’ atau sholihin atau oleh orang yang lebih tua umurnya disebut barokah atau do’a restu, bantuan, dukungan atau jangkauan sesungguhnya semua itu tidak lain adalah syafa’at juga namanya. Syafa’at dalam arti pertolongan.
Syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. itu terjadi di dunia dan akhirat. Yang di dunia antara lain dan ini yang paling berharga dan tak ternilai dengan harga adalah iman, Islam dan ihsan di dada setiap mukmin dan muslim. Boleh dikatakan bahwa syari’at Islam tuntunan Rosululloh SAW. adalah syafa’at Nabi SAW. Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rosululloh SAW. tersebut disalurkan dan disampaikan kepada kita melalui proses yang panjang. Melalui para sahabat Rodhiyalloohu Ta’ala Anhum, kepada para Tabi’in – para Tabi’it Tabi’in – para Ulama’ Salaf, para Auliya’, para sholihin, para Ulama’ Kholaf – para Kyai, para cendekiawan – ustadz, para guru akhirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka adalah perantara antara kita dengan Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Mereka-mereka itu adalah penyambung/ penyalur syafa’at Rosululloh SAW kepada para umat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur syafa’at adalah juga dari syafa’at Rosululloh SAW. Dan begitu seterusnya, sambung menyambung. Tanpa Rosululloh SAW mereka tidak melakukan hal-hal seperti itu, kita pun tidak memiliki iman, Islam dan ihsan serta faham-faham keagamaan seperti sekarang ini.
Begitu gambaran luasnya syafa’at Rosululloh SAW. Di dunia ini dan begitu penting dan berharga bagi kita para umat sehingga kita tidak mampu menghitung betapa besarnya nilai syafa’at Rosululloh SAW. Ini suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan. Kita butuhkan untuk membawa diri kita kepada kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan menyeret kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.
Adapun syafa’at Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, di akhirat kelak yang disebut “SYAFA’ATUL UDZMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang mahsyar itu nanti seluruh umat manusia dari zaman nenek moyang kita Kanjeng Nabi Adam ‘alaihis sholaatu was salaam, sampai manusia yang terakhir menemui hari qiyamah dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat suatu tragedi kebingungan yang sangat memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik panas sinar matahari yang pada saat itu dikebawahkan oleh Alloh SWT hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia mengalami problem-problemnya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di dunia. Disebut “Yaumul Hasyri” atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak, baik ibu, baik anak, baik saudara dan sebagainya saling tuntut menuntut, saling tuduh menuduh satu sama lain. Satu sama lain melarikan diri ketakutan, takut karena tuntutan.
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ. يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيْهِ. وَأُمِّهِ وَأَبِيْهِ. وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ. لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ (80- عبَسَ : 23-27).
“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari seseorang melarikan diri (karena takut dituntut) dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkan” (80 – ‘Abasa : 33, 34, 35, 36, 37).
Akan tetapi kemanapun larinya toh akhirnya dipertemukan juga satu lawan yang lain. Terjadilah pertengkaran yang seru saling tuntut menuntut dan saling tuduh menuduh. Ada yang menang dan ada yang kalah. Siapa yang kalah, terjatuh masuk ke dalam jurang neraka. Mungkin ada yang sama-sama kuat, dan keduanya terjungkir masuk ke dalam jurang neraka bersama-sama.
Di dalam peristiwa yang dahsyat di padang Mahsyar seperti diatas itulah timbul kepanikan yang sangat memuncak, kemudian para manusia sama minta pertolongan kepada nabi-nabi mulai dari Kanjeng Nabi Adam ‘alahis-sholaatu was salam dan seterusnya agar dapat terlepas dari peristiwa yang dahsyat itu. Akan tetapi semua nabi-nabi yang dimintai syafa’at atau pertolongan itu sibuk oleh dirinya sendiri.
Akhirnya Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh ‘alaihis salam-lah yang tampil cancut tali wondho memberikan pembelaan bagi para umat dengan bersungkur sujud memohon ampunan dan kasih sayang kepada Alloh SWT bagi para umat. Dan Alloh SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pun kemudian berkenan mengabulkan munajat Nabi dan Kekasih-Nya nomor satu itu. Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW, pembela dan pembebas umat dari kesengsaraan. Inilah yang dimaksud “SYAFA’ATUL ‘UDHMA” syafa’at paling agung.
Sebagai umat Kanjeng Nabi SAW kita harus menyadari betapa besar pengorbanan Beliau SAW, di dalam membela umat. Kemudian kita perlu koreksi diri sampai seberapa mendalamnya mahabbah dan ta’dhim kita kepada Beliau shollallohu alaihi wassalam.
AL FAATIHAH………
Ada sebagian pendapat yang ingkar tidak mempercayai adanya “Syafa’at” dengan mengemukakan ayat 48 surat no. 74 Al Mudatstsir :
فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِيْنَ (74-المدَثِّر: 48).
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at” (74 – al-Mudatstsir : 48).
Pendapat ini tidak akan dapat dibenarkan, oleh karena yang dimaksud “mereka” dalam ayat tersebut adalah kuffar minal mujrimiin, orang-orang kafir yang mendustakan atau tidak mempercayai adanya “Yaumud-diin” hari pembalasan sebagaimana disebutkan ayat sebelumnya yaitu ayat no. 46 :
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِيْنِ (74- المدثِّر:46).
“Dan adalah kami mendustakan Hari Pembalasan “ (74- al-Mudatstsir : 46).
Sedangkan syafa’at yang dimaksud seperti di atas adalah dalam hubungannya dengan orang mukmin. Adapun pendapat yang mempercayai adanya syafa’at menggunakan dasar surat no. 20 Thoha ayat 109 :
يَوْمئِذٍ لاَيَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ لِمَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قُوْلاً (20-طه:109).
“Pada hari itu tidaklah berguna sesuatu syafa’at, kecuali (syafa’atnya) orang yang Alloh Maha Pemurah telah memberi ijin kepadanya dan Dia meridhoi perkataannya “ (20 - Thoha : 109).
Jelas dari ayat tersebut bahwa ada orang yang diijinkan dan diridhoi Alloh SWT memberikan syafa’at. Dan kita yakin, Beliau Rosululloh SAW, diberi mandat penuh oleh Alloh SWT untuk memberikan syafa’at. Sebab Beliau SAW, adalah Nabi, Utusan dan Kekasih Alloh nomor satu yang diberi predikat “Sayyidul Anbiyaa Wal Mursalin” yang “Dzuu Khulqin ’Adhiim” berbudi luhur dan yang menjalankan fungsi “Rohmatan lil ‘Alamin”.
Dalam hubungan syafa’at, Rosululloh SAW bersabda :
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تُنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ, وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ, وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ تَحْتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ (روَاه التِرْمِذي وَابنُ مَاجَه عن أبي سَعِيد الخُذْرِي وَالحَاكِم عن جابِر بِإٍسْنَادِ حسَنٍ).
“Aku adalah Sayyid dari anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri, dan Aku adalah orang yang pertama memberikan syafa’at dan orang pertama yang diterima syafa’atnya. Di tangan-Kulah “BENDERA PUJI” dan dibawah bendera itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya” (Anak Cucu Adam). (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri, dan riwayat al-Hakim dari Jabir dengan sanad yang shoheh).
يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ (رَوَاهُ ابنُ مَاجَه عنْ عُثْمَان).
“Yang dapat memberi syafa’at besok pada Yaumul Qiyamah ada tiga : yaitu para Anbiya’ kemudian para Ulama’, kemudian para Syuhada’ ”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Usman Ra.).
حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ. وَأَمَّا حَيَاتِي فَأَسُنُّ لَكُمُ السُّنَنَ, وَأَشْرَعُ لَكُمُ الشَّرَائِعَ. وَأَمَّا مَمَاتِي فَإِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ, فَمَا رَأَيْتُ مِنْهَا حَسَنَاتٍ حَمِدْتُ اللهَ عَلَيْهِ وَمَارَأَيْتُ سَيِّئَاتٍ إِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ (رَواهُ البزَّار عن ابنِ مَسْعُودٍ بِإسْنَادٍ صَحِيْح).
“Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku pun kebaikan bagi kamu sekalian. Adapun hidup-Ku maka-AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-Ku (yang juga kebaikan bagi kamu sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, Aku memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa yang Aku melihatnya keburukan, maka Aku memohonkan ampunan kepada Alloh bagi kamu sekalian” (Diriwayatkan oleh Bazzar dari Abdullah bin Mas’ud dengan sanad yang shoheh).
Jelaskan bahwa syafa’at Rosululloh SAW, itu meliputi di dunia dan di akhirat. Di dunia memberikan syafa’at berupa bimbingan, tuntunan,dan tarbiyah lahir batin, syar’an wa haqiiqotan, material dan moril spiritual, bahkan boleh dikatakan jasadan wa ruuhan. Iman dan Islam kita ini adalah syafa’at dan jasa dari Rosululloh SAW. Bahkan lebih lagi dari pada itu. Segala hidup dan kehidupan kita dan segala apa yang ada di dunia ini adalah sebab syafa’at atau jasa dari Rosululloh SAW. Mari kita renungkan Ayat – 103 Surat Ali Imron :
وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَاحُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَيِّنُ اللهُ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ (4- آل عمران : 103).
“Dan kamu sekalian sudah berada di tebingnya jurang neraka, kemudian Alloh menyelamatkan kamu sekalian dari padanya; demikian Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu sekalian agar kamu sekalian mendapatkan petunjuk” (3 – Ali Imron : 103).
Kita para manusia waktu itu yaitu pada zaman jahiliyah sudah berada di tebingnya jurang dan sudah akan menjerumus kepada kehancuran akibat ulah manusia itu sendiri makin jauh dari Tuhan sehingga nyaris sudah kehilangan sifat-sifat kemanusiaanya. Tingkah laku perbuatannya sudah menyerupai binatang bahkan lebih buas dari pada binatang buas. Kemudian Alloh SWT menyelamatkan manusia dengan mengutus Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW untuk menjadi juru penerang dalam kegelapan dan Juru Selamat dari kesengsaraan dan kehancuran, sebagai perwujudan rahmat kasih sayang Alloh SWT kepada seluruh alam.
وَمَا أَرْسَلنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ (21-الأنبياء:107).
“Dan tiada AKU mengutus Engkau (Muhammad SAW) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (21–al-Anbiyaa : 107).
Ditetapkannya Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai rosul utusan Alloh itu bukan hanya terbatas buat Bangsa Arab saja, melainkan meliputi buat seluruh umat manusia se dunia.
وَمَا أَرْسَلنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُوْنَ (24-السباء:28).
“Dan tiada AKU mengutus Engkau (Muhammad SAW) melainkan buat seluruh umat manusia seluruh dunia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau mengerti” (34-As Sabaa’: 28).
Demikian itulah fungsinya Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW utusan Alloh, Pemimpin seluruh bangsa umat manusia sedunia, yang telah membebaskan manusia dari belenggu imperialis nafsu angkara murka dan menyelamatkan manusia dari ranjau kebiadaban. Maka oleh karena itu kita sebagai umat yang telah diselamatkan seharusnya menyadari hal itu dan seharusnya beradab lahir batin yang sebaik-baiknya terhadap Beliau Rosululloh SAW. Dimanapun dan kapan saja serta apapun yang sedang kita kerjakan. Lebih-lebih ketika membaca sholawat. Sholawat apa saja.
Setengah daripada adab ketika membaca sholawat seperti sudah kita singgung dimuka, yaitu harus disertai niat beribadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA’ALAA, semata-mata melaksanakan perintah Alloh, tanpa ada pamrih atau keinginan suatu apapun. Melaksanakan perintah Alloh SWT dengan sepenuh ta’dhim dan mahabbah semurni-murninya. Jangan sampai kita maunya membaca sholawat karena menengok lebih-lebih kepincut ingin memperoleh fadhiilah-fadhiilahnya membaca sholawat. Ingin pahala, ingin surga, ingin terkenal, ingin diberi keistimewaan-keistimewaan,
Ingin kepada kebaikan-kebaikan dan fadhiilahnya membaca sholawat, baik kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat boleh saja, bahkan memang kita diperintahkan agar usaha mencari kebaikan dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Dalam segala hal apa saja. Ketika menghadapi kesulitan misalnya, disamping harus sabar dan ridho dan tawakal harus ikhtiar mencari kesembuhan atau mencari obat. Hanya sabar, ridho dan tawakal tetapi tidak ikhtiar atau usaha jalan keluarnya adalah terkecam dan termasuk dosa. Begitu seharusnya. Akan tetapi janganlah “keinginan-keinginan” seperti itu yang menjadi dasar dan yang mendorong kita mau membaca sholawat. Dasar ta’dhim dan mahabbah dan niat ibadah kepada Alloh SWT. dengan ikhlas LILLAH karena Alloh harus senantiasa menjiwai di dalam kita membaca sholawat atau di dalam kita menjalankan ibadah-ibadah lainnya.
Sabda hadits-hadits di muka ada keterangan lainnya tentang fadhiilah kebaikannya membaca sholawat justru harus kita jadikan pendorong untuk meningkatkan dan memperkuat iman dan mahabbah kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Justru harus kita jadikan pendorong dan penguat rasa ta’dhim dan kagum kita terhadap kebesaran dan kasih sayang Alloh wa Rosuulihi SAW kepada kita para umat justru harus kita jadikan untuk meningkatkan syukur kita kepada Alloh SWT.
Sehingga dengan demikian, dengan memperbanyak membaca sholawat, akan tumbuhlah rasa syauq atau rindu yang mendalam di dalam lubuk hati nurani kita, sehingga kita benar-benar secara lahiriyah dan secara batiniyah menjadi ABDULLAH hamba Alloh yang benar, menjadi UMAT MUHAMMAD SAW, yang taat setia secara utuh dan konsekuen sehingga kita bisa meniru budi, sikap dan kepemimpinan Rosulullah SAW, yang “Rohmatan lil ‘alamiin”, yang “Dzuu khulqin ‘adhiim” yang “Bil-mukminiin rouufur rohiim”, yang senantiasa memberi manfa’at kepada orang lain, berguna bagi bangsa, negara dan masyarakat umat manusia dan bagi makhluq lingkungan hidupnya. Manfa’at lahir manfa’at batin, manfa’at di dunia dan manfa’at di akhirat.
AL FAATIHAH - MUJAHADAH !
Ditulis oleh, Ahmad Dimyathi, S.Ag
0 komentar:
Posting Komentar