557 - AJARAN POKOK WAHIDIYAH “LILLAH BILLAH” DAN "LIRROSUL BIRROSUL"
LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL merupakan realisasi praktis atau konsekuensi batiniyah dari dua Kalimah Syahadat :
ASHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ROSUULULLOH.
Jadi orang yang senantiasa LILLAH - BILLAH dan LIRROSUL – BIRROSUL ini berarti terus menerus hatinya musyahadah tauhid dan musyahadah risaalah. Istilah lain, hatinya terus menerus membaca kalimah syahadatain dengan penuh pengabdian, penghayatan dan kesadaran yang mendalam.
- “LILLAH BILLAH”
Semua orang beragama apa saja, sama-sama dikaruniai kemampuan oleh Alloh wa Rosuulihi SAW. dapat mengetrapkan LILLAH BILLAH dalam hatinya. LILLAH BILLAH bukan suatu upacara keagamaan, melainkan keseragaman sikap hati manusia beragama atau manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi LILLAH BILLAH seharusnya menjadi keseragaman paham bagi setiap manusia yang menyatakan diri sebagai hamba Tuhan Maha Esa.
Bagi kita bangsa Indonesia yang mengakui dan menggunakan falsafah Pancasila sebagai pedoman dan tuntutan hidupnya, dimana sila pertama dari Pancasila itu Ketuhanan yang Maha Esa, dituntut oleh Pancasila itu sendiri agar supaya bangsa Indonesia mengetrapkan LILLAH BILLAH. Atau jika memakai istilah Pancasila UNTUK/ KARENA TUHAN YANG MAHA ESA dan SEBAB TUHAN YANG MAHA ESA. Diterapkan di dalam hati setiap bangsa Indonesia dalam segala langkah dan kegiatan hidupnya.
LILLAH = Lil Tuhan Yang Maha Esa.
= Untuk/ karena Tuhan Yang Maha Esa.
= Untuk/ karena Tuhan Yang Maha Esa.
BILLAH = Bil Tuhan Yang Maha Esa.
= Sebab Tuhan Yang Maha Esa.
= Sebab Tuhan Yang Maha Esa.
Kita semua setiap bangsa Indonesia diberi kemampuan dapat mengetrapkan itu. Semua !. Dari segenap lapisan masyarakat bangsa Indonesia. Dari pemeluk agama apa saja dan dari pengikut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa mana saja, mampu mengetrapkan LILLAH BILLAH tidak membutuhkan syarat-syarat yang berat, tidak membutuhkan ilmiyah yang sukar-sukar. Tidak memerlukan batasan tingkatan-tingkatan hidup dan tidak ada pembatasan umur sudah dewasa atau belum dewasa. Semua, sekali lagi semua, diberi kemampuan oleh Alloh Tuhan Yang Maha Pencipta ada kemauan. Hanya modal kemauan ini yang diperlukan. Siapa ada kemauan pasti menemukan jalan.
Firman Alloh SWT :
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (29- العَنْكَبُوت : 69).
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di dalam menuju kepada-Ku, pasti AKU tunjukkan berbagai jalan-KU” (29 – al-Ankabuut : 69).
Jelas disitu “ALLADZIINA”= orang-orang atau orang banyak. Tegasnya lagi, manusia.
اَلْعِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالنَّحْلِ بِلاَ عَسَلٍ
“Ilmu tanpa amal bagaikan lebah yang tanpa madu”
Yang ada hanya sengat (entup-jw)-nya saja. Mungkin hanya bisa menyengat (ngentup-jw) orang lain masyarakat saja. Ibarat ada orang sakit bukan memberikan madu obatnya melainkan malah memberikan racun. Jelas merugikan diri sendiri karena tidak punya madu, dan merugikan orang lain karena sengatannya.
Oleh sebab itu, disamping kita mempelajari ilmu-ilmu (ilmu apa saja) yang lebih penting lagi adalah usaha memperoleh hidayah !. Caranya antara lain dengan mujahadah seperti sudah kita bahas dimuka. Telah diperingatkan oleh Rosululloh SAW :
مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا (رَوَاهُ أَبُو منصُور والدَّيْلَمي عن جَابِر رضِيَ اللهُ عنه).
“Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, dia bukan menjadi dekat (kepada Alloh), melainkan bahkan semakin jauh dari Alloh” (Hadits riwayat Abu Manshur dan ad-Dailami dari Jabir Ra.).
Semakin jauh, berarti semakin dibendu oleh Alloh SWT. Semakin dikutuk oleh Alloh SWT. Jadinya semakin berlarut-larut, semakin besar menimbulkan kerugian di dalam masyarakat. Mari kita koreksi diri kita sendiri!.
Alhamdulillah!. Dengan mujahadah-mujahadah Wahidiyah menurut pengalaman yang sudah-sudah, banyak dikaruniai taufiq dan hidayah dari Alloh SWT yang tidak atau jarang kita peroleh diluar menjalankan mujahadah Wahidiyah. Mari kita laksanakan sebagian.
الفَاتِحَة
يَا رَبَّنَا اللََّهُمَّ صَلِّ سَـلِّمِ * عَلَى مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ الأُمَمِ
وَالأَلِ وَاجْعَلِ الأَنَامَ مُسْرعِيْن * بِالْوَاحِدِيَّةِ لِرَبِّ الْعَلَمِيْن
يَارَبَّنَا اغْفِرْ يَسِّرْ افْتَحْ وَاهْدِنَا * قَرِّبْ وَأَلّفْ بَيْنَنَا يَارَبَّنَا
الفَاتِحَة
2. “LIRROSUL BIRROSUL”
Ini terbatas, tidak universal seperti halnya LILLAH BILLAH. Terbatas hanya dapat dilakukan oleh orang yang beragama Islam tentunya. Umat agama selain Islam mungkin ada halangan mengetrapkannya. Akan tetapi juga tidak mustahil ada jalan untuk itu. Walloohu A’lam !.
Kita sebagai umat Islam wajib mengetrapkan LIRROSUL BIRROSUL disamping LILLAH – BILLAH. yaitu merupakan konsekuensi batiniyah kita selaku umat Rosululloh SAW.
LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL merupakan realisasi praktis atau konsekuensi batiniyah dari dua Kalimah Syahadat :
ASHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ROSUULULLOH.
Jadi orang yang senantiasa LILLAH - BILLAH dan LIRROSUL – BIRROSUL ini berarti terus menerus hatinya musyahadah tauhid dan musyahadah risaalah. Istilah lain, hatinya terus menerus membaca kalimah syahadatain dengan penuh pengabdian, penghayatan dan kesadaran yang mendalam.
Masalah kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, adalah masalah prinsip bagi setiap umat Rosullulloh SAW, masalah paling pokok yang akan menentukan bahagia atau sengsara. Oleh karena itu harus kita perhatikan, harus kita usahakan dengan serius, disamping memperhatikan soal-soal lain yang kita butuhkan. Kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Bahkan justru di dalam kita melaksanakan dan mengisi bidang-bidang yang harus kita penuhi, supaya selalu dijiwai LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL yang harus terus menerus kita tingkatkan dan kita sempurnakan tanpa ada batasnya.
Sekali lagi, ilmiah mudah dipelajari atau hafal. Akan tetapi tumbuhnya rasa LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL atau pengetrapan dzauqiyahnya, tergantung kepada HIDAYAH dari Alloh SWT. Dan untuk memperoleh hidayah ini diperlukan bantuan dan bimbingan dari Penuntun atau Pembimbing. Yaitu orang yang sudah ahli dan berpengalaman yang mempunyai wewenang atau kompeten yaitu yang menerima tugas dari Alloh SWT untuk membimbing masyarakat di dalam perjalanan wushul ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Di dalam dunia tasawuf, Pembimbing tersebut dikenal sebagai Mursyid yang Kaamil dan Mukammil. Orang yang sudah sempurna dan mampu menyempurnakan orang lain.
Di dalam perjalanan manusia menuju wushul – sadar ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, jika tidak ada yang membimbing, pada umumnya mengalami kebingungan dan tersesat jalan oleh berbagai gangguan dari Iblis yang sangat halus sekali sehingga yang bersangkutan tidak merasa. Ibaratnya orang akan menghadap raja atau presiden harus berhubungan dan melalui orang-orang yang ditugaskan oleh presiden atau raja mengatur masalah tersebut. Tanpa melalui pejabat kerajaan atau kepresidenan yang berkompeten maka sulit sekali bahkan tidak mungkin bisa berhasil menghadap. Sekalipun dari kalangan tingkat atas, sekalipun dia sudah mempelajari dan mengerti cara-cara atau jalannya menghadap Presiden atau Raja. Begitu juga soal kesadaran, soal wushul ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, harus melalui Pembimbing yang berkompeten mengantarkan wushul. Tidak cukup hanya mempelajari teori atau ilmiyah saja.
Kita, di dalam Perjuangan Wahidiyah berkeyakinan seperti keyakinan dalam dunia tasawuf bahwa Ghouts Hadzaz Zaman RA, adalah Priagung yang berkompeten di zaman sekarang mengantarkan dan membimbing masyarakat sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
Maka oleh karena itu kita para pengamal Wahidiyah dan masyarakat, saalikin pada umumnya perlu dan harus mengadakan hubungan dengan Ghouts Hadzaz Zaman Ra. terutama hubungan secara batiniyah. Diantara cara hubungan dengan Hadzaz Zaman Ra. tersebut adalah mengetrapkan di dalam hati “LIL GHOUTS BIL GHOUTS”.
AL FAATIHAH - MUJAHADAH !.
Sumber : Kuliah Wahidiyah - YPW Kedunglo Kediri.
0 komentar:
Posting Komentar