Facebook Twitter Google + RSS

Catatan Kecil

  • Catatan Kecil

Jumat, 18 Desember 2015

554 - AJARAN WAHIDIYAH "LILLAH BILLAH"


Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh - Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !
Lihat postingan di Facebook
Pengertian “LILLAH”
Artinya, segala amal perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin baik yang wajib, yang sunah dan yang mubah, lebih-lebih yang berhubungan langsung kepada Alloh wa Rosuulihi SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Qur’an, baca Sholawat dan sebagainya, maupun yang hubungan di dalam masyarakat, di dalam kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, tidur, istirahat, mandi, bekerja dan sebagainya, asal bukan perbuatan yang tidak diridhoi Alloh, asal bukan perbuatan yang melanggar syari’at dan undang-undang, pokoknya asal bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya disertai dengan ikhlas LILLAAHI TA’ALA tanpa pamrih suatu apapun. Baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi.
Dengan menyertakan niat ibadah LILLAH (dalam hati terutama) di dalam segala perbuatan yang tidak terlarang seperti itu. Menurut hadits tersebut di atas maka perbuatan-perbuatan apa saja yang kita lakukan dapat mempuyai nilai ibadah. Dicatat dan dinilai sebagai ibadah. Dan dengan demikian maka telah bersesuaian dengan kehendak Alloh SWT yang digariskan di dalam ayat 56 surat adz-Dzaariyat tersebut. Sekali lagi harus diingat bahwa yang boleh dan bahkan harus disertai niat ibadah “LILLAH” adalah terbatas. Terbatas pada perbuatan-perbuatan yang tidak terlarang.
Adapun perbuatan-perbuatan yang melanggar syari’at, perbuatan-perbuatan yang melanggar undang-undang, perbuatan-perbuatan yang tidak diridhoi Alloh SWT, yaitu pokoknya perbuatan-perbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri maupun yang lebih-lebih merugikan orang lain, sama sekali tidak boleh di sertai niat ibadah LILLAH. Maknanya harus dijauhi dan ditinggalkan. Betapapun kecil dan remehnya. Harus berusaha sekuat mungkin untuk menjauhkan dan meninggalkan !. Dan di dalam menjauhi dan meninggalkan itulah yang harus disertai niat ibadah LILLAH.
Jangan sampai di dalam kita menjauhi dan meninggalkan mungkarot itu didorong oleh kemauan nafsu. Harus LILLAH - ibadah kepada Alloh SWT. Menjalankan perintah Alloh !. Titik. Tidak ingin begini begitu. Demikian seterusnya di dalam kita menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, harus dengan niat ibadah kepada Alloh SWT dengan ikhlas LILLAH. Jangan karena terdorong oleh nafsu supaya begini dan begitu. Akan merusak dan menghancurkan nilai bangunan amal yang kita kerjakan.
Masalah pamrih atau keinginn, ingin kepada hal yang menggembirakan yang menyenangkan, ingin kepada kebaikan-kebaikan seperti ingin pahala, surga dan sebagainya; atau takut dari perkara yang menakutkan seperti kesusahan, penderitaan, siksa, neraka dan sebagainya, itu diperbolehkan. Bahkan sewajarnya harus begitu !. Sebab manusia tidak lepas dari sifat basyariah yang mempuyai keinginan-keinginan dan harapan-harapan serta kemauan-kemauan yang semuanya bersumber dari nafsu, dan nafsu itupun anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia sehingga menjadi makhluk yang lebih lengkap dan paling sempurna diantara makhluk lainnya.
Maka nafsu seperti itulah yang harus diarahkan. Menurut arah yang telah digariskan Tuhan yaitu “Liya’ buduuni” tersebut. Diarahkan untuk ibadah kepada Alloh SWT. Jika tidak diarahkan, pasti akan terjadi ketimbunan hawa nafsu yang serakah dan mengakibatkan penyelewengan dan penyalahgunaan akhirnya menghancurkan manusia itu sendiri bahkan bisa menghancurkan umat dan masyarakat.
Maka didalam berkeinginan atau pamrih diatas harus di sertai niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAH !.
Jadi jelasnya kita sembahyang, kita berpuasa, kita mengeluarkan zakat, kita melakukan ibadah haji, kita membaca al-Qur’an, membaca dzikir, membaca sholawat dan sebagainya supaya disertai niat ibadah yang sungguh-sungguh Ikhlas LILLAH. Jangan sampai kita melakukan semuanya tadi karena ingin surga, ingin pahala, takut neraka, ingin terhormat, ingin terpuji, ingin kaya dan sebagainya.
Begitu juga di dalam kita bekerja, didalam kita belajar, di dalam kita berjuang untuk bangsa, agama dan negara, dan di dalam kita mengurus dan mengatur rumah tangga, kita ke sawah, ke pasar, ke kantor, ke toko, dan ketika makan, minum, tidur, istirahat, mandi dan sebagainya dan sebagainya supaya dengan ibadah kepada Alloh dengan ikhlas semata-mata LILLAH tanpa pamrih. Begitu juga kita berkeinginan, berkemauan, berangan-angan, berfikir dan sebagainya harus di sertai niat ibadah pada Alloh SWT - LILLAH. Jadi benar-benar melaksanakan peryataan yang kita baca pada setiap sholat yaitu :

1. اِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Alloh Robbul ’Alamin”

Dan mengetrapkan di dalan hati apa yang sering kita baca di dalam surat al-Fatihah : إِيَّاكَ نَعْبُدُ : “Hanya Kepada-Mu Yaa Alloh aku mengabdikan diri”.
Dengan demikian boleh dikatakan hati kita senantiasa bertahlil :
لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ : “Tiada Tuhan selain Alloh”.
Ilmiah dan pengertian mudah dipelajari, mudah di hafal. Akan tetapi di samping ilmiah, di samping pengertian, perlu diusahakan penerapan dan pelaksanaan ilmiah yang sudah kita miliki. Orang mempuyai ilmu akan tetapi ilmunya tidak diterapkan tidak diamalkan, dia sangat terkecam sekali dan akan mengalami bahaya yang sangat berat. Di dalam kitab az-Zubad dikatakan :

فَعَالِمٌ بِعِلْمِهِ لَمْ يَعْمَلَنْ * مُعَذَبٌ مِنْ قَبْلِ عُبَّادِ الْوَثَنِ

“Orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya besok akan disiksa lebih dahulu daripada para penyembah berhala”.

Itu suatu kecaman yang berat. Jadi jelasnya amal perbuatan apa saja, berupa sholat sekalipun jika tidak disertai niat ibadah LILLAH otomatis disalah gunakan oleh hawa nafsu atau LINNAFSI, nuruti keinginan nafsu. Dan nafsu adalah menjadi sarang Iblis dan Syetan kelak di neraka tempatnya.
Di dalam Wahidiyah, alhamdulillah dengan memperbayak mujahadah Wahidiyah di samping terus menerus melatih hati dengan niat LILLAH seperti diatas, alhamdulillah dikaruniai banyak kemajuan dan peningkatan dalam hal beribadah kepada Alloh SWT dengan niat ikhlas LILLAH tersebut.
Sekali lagi, amal perbuatn apa saja, atau ibadah apa saja sekalipun berupa sholat, zakat, puasa, naik haji, membaca Qur’an, membaca dzikir, membaca tahlil, membaca sholawat, menolong orang lain, memberikan shodaqoh dan amal-amal kebajikan lainya. Jika tidak disertai niat ibadah LILLAH ikhlas tanpa pamrih karena Alloh, tidak dicatat sebagai ibadah kepada Alloh.
Dan jika tidak dicatat sebagai ibadah kepada Alloh berarti ibadah kepada selain Alloh. Menyembah selain Alloh. Kepada siapa?. Kepada nafsunya sendiri. Menyembah dirinya sendiri dengan memperalat sholat, zakat dan seterusnya tadi. Sholatnya, zakatnya, hajinya, membaca Qur’an, membaca sholawat dan sebagainya dikerjakan hanya sebagai kedok untuk menuruti keinginan nafsunya. Ingin begini ingin begitu, pamrih begini pamrih begitu dan sebagainya !. Suatu pendurhakaan terhadap Alloh SWT yang sangat keterlaluan !. Harus cepat-cepat bertaubat dan mengadakan perbaikan, atau membiarkan dirinya terbakar api neraka akibat amal-amal ibadah yang tidak ikhlas LILLAH itu.
Mari kita mengadakan koreksi kepada diri kita masing-masing !. AL-FATIHAH !.............
Sekali lagi mari kita perhatikan dan kita terapkan firman Alloh SWT :

وَمَآ أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْن لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَالِكَ دِيْنُ القَيِّمَةِ (98- البينة : 5).

“Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah (beribadah/ mengabdikan diri kepada) Alloh dengan ikhlas karena Alloh (LILLAH) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka menjalankan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang tegak” (98 – al-Bayyinah : 5).

Di dalam “al-Qur’an dan Terjemahannya”, Departemen Agama RI diterangkan bahwa yang dimaksud “menjalankan agama dengan lurus” artinya terbebas dari SYIRIK dan dari KESESATAN. Untuk menyelamatkan dari bahaya “Syirik” dan kesesatan, Ajaran Wahidiyah memberikan bimbingan yaitu penerapan “BILLAH”.
“BILLAH”
BILLAH artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak-gerik lahir maupun batin, dimanapun dan kapan saja, supaya hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah ALLOH SWT. Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri !. Jadi mudahnya, menerapkan di dalam hati makna dari :

لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Tiada daya dan kekuatan atas titah Alloh - Billah”.

Menerapkan firman Alloh SWT :

وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ (27- الصَفَّات : 96).

“Dan Alloh-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa-apa yang kamu sekalian perbuat” (37– as-Shoffaat: 96).

وَمَا تَشَآءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يَشَآءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ (81- التَكْوِيْر: 29)

“Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak) melainkan apabila dikehendaki Alloh Tuhan semesta alam” (81 – at-Takwir : 29).

Jadi jelasnya, di dalam kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya, supaya hati selalu sadar dan merasa bahwa yang menggerakan yang menitahkan itu semua adalah Alloh. Merasa BILLAH. Semuanya BILLAH. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH. Ini harus kita rasa di dalam hati. Tidak hanya cukup pengertian dan keyakinan di dalam otak. Bukan sekedar pengertian ilmiyah saja. Kita membaca buku ini, kita memahami buku ini BILLAH. Buku yang anda baca inipun BILLAH. Dan kitapun BILLAH. Mari terus merasa begitu. Merasa BILLAH.
Sumber dari segala kehancuran, kebrobokan moral, penyelewengan dengan penyalahgunaan, pertengkaran, permusuhan, kekacauan dan sebagainya adalah berada di dalam nafsu. Nafsu yang memiliki ciri khas yaitu pamrih. Maka sifat pamrihnya nafsu ini harus diarahkan. Diarahkan dengan sistem penerapan niat LILLAH dan sadar BILLAH seperti di atas.
Jika sifat pamrih itu dibiarkan tidak diarahkan dengan niat BILLAH maka akan menjadi-jadi dan bercokol dengan lekat di dalam hati. Makin lama makin tebal, makin lama makin besar, dan makin kokoh kemudian muncul suatu “kerajaan” di dalam hati. Yaitu “KERAJAAN ANAANIYAH” atau rasa ke-AKU-AKUAN atau egosentris. Aku yang usaha, aku yang mengerjakan, aku yang berkuasa, aku yang menentukan. Kalau tidak karena aku... dan seterusnya.
Orang yang hatinya sudah dijajah oleh imperialis nafsu seperti itu segala langkah dan amal perbuatannya disetir oleh nafsunya, dan diarahkan kepada apa yang menjadi kepuasan hawa nafsu. Segala amalnya, tindaknya, perbuatannya semata-mata hanya untuk menuruti kemauan nafsunya. Tanpa memandang benar atau salah. Tidak perduli haq atau batal diterjangnya.
Tidak peduli sekalipun orang lain menderita, yang penting puas itulah sifat nafsu. Serakah, dengki dan membabi buta. Hanya ingin enak dan kepenak, senang dan puas tanpa memperhitungkan akibatnya. Padahal akibatnya pasti menjerumus kepada kehancuran, kebinasaan dan kesengsaraan sebab tidak mengikuti tuntunan Alloh Maha Pencipta, Maha Kuasa. Bahkan tidak mau tahu kepada Tuhannya.
Baru setelah mengalami kesengsaraan dan kehancuran, baru merasa telah diombang-ambing oleh nafsunya sendiri. Dan jika terus mendapat pertolongan Alloh barulah dia menyadari menginsafi dosa perbuatan dan tindakannya, kemudian baru mau prihatin dan bertobat. Akan tetapi jika tidak memperoleh pertolongan dari Alloh SWT, dia makin terus berlarut-larut di dalam kesengsaraan dan di dalam kegelapan penyesalan yang merongrong jiwanya. Penyesalan di dunia masih ada kesempatan untuk memperbaiki, masih ada harapan bisa tertolong. Akantetapi penyesalan di akhirat sudah tidak berarti, tidak ada kesempatan untuk memperbaiki, pintu tobat sudah tutup. Sudah terlambat. Tinggal merasa kepedihan dan dahsyatnya siksa buat selama-lamanya.
Oleh karena itu selagi masih ada kesempatan di dunia ini, mumpung masih hidup belum pindah ke alam kubur, harus usaha sekuat mungkin untuk membebaskan diri dari imperialis nafsu tersebut. Untuk berperang melawan nafsu, melepaskan diri dari belenggu imperialis nafsu. “Jihaadun nafsi”, memerangi nafsu. Mulai sekarang juga. Jangan di tunda-tunda !. Nafsu harus kita kuasai harus kita arahkan.
Cara yang paling praktis dan tanpa resiko untuk menguasai dan mengarahkan nafsu, ialah terus-menerus menerapkan sadar BILLAH disamping niat LILLAH seperti di atas, dan sambil di pupuk dengan mujahadah Sholawat Wahidiyah. Sadar BILLAH adalah masalah yang paling pokok. Ini soal iman, soal tauhid yang menentukan bahagia atau tidaknya seseorang. Harus kita perhatikan dengan sunguh-sunguh.
“Jihaadun Nafsi” adalah perang besar-besaran yang tidak mudah. Mungkin kalah mungkin menang. Sekalipun bagaimana beratnya Jihaadun Nafsi akan tetapi setiap orang yang menginginkan keselamatan dan kebahagian dunia dan akhirat harus melakukannya !. Kalau tidak berbuat berarti kalah. Kalah dan dikuasai oleh imprialis nafsunya. Menjadi budak daripada nafsunya !. Maju mungkin tatu, akan tetapi mundur jauh lebih hancur ! Mandeg, kejiret. Maka dari itu lebih baik harus terus maju. Maju melawan, menguasai dan mengarahkan nafsu.
Sekembalinya pasukan Islam dari perang Badar Rosullulloh SAW, bersabda :

رَجَعْنَا مِنْ الْجِهَادِ الأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الأَكْبَرِ. وَمَاالْجِهَادُ الأَكْبَرُ ؟. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : جِهَادُ النَّفْسِ (رَوَاهُ البَيْهَقِي).

“Kita baru kembali dari perang kecil dan akan menghadapi perang besar” ditanyakan oleh pera sahabat” Yaa Rosulalloh, apakah perang besar itu ?. Jawab Rosullulloh SAW : “Jihaadun Nafsi”memerangi nafsu” (Hadits riwayat Baihaqi).

Jadi tiap manusia pasti berhadapan dengan nafsunya sendiri-sendiri. Dan oleh karena itu harus memerangi nafsunya itu !. Nafsu harus dikuasai dan diarahkan oleh manusia. Jangan sebaliknya, manusia yang dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu.
Cara yang praktis untuk menguasai dan mengarahkan nafsu ialah dengan :
a. Melatih hati dengan niat LILLAH dan sadar BILLAH.
b. Bersungguh-sungguh, di dalam bermujahadah berdepe-depe memohon ampunan, perlindugan dan petunjuk dari Alloh SWT.
Asal sungguh-sungguh, pasti diberi petunjuk dan pertolongan dari Alloh SWT, sebagaimana firman-NYA :

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (29- العَنْكَبُوت : 69).

“Dan orang-orang yang berjihad bersungguh-sungguh didalam menuju kami, pasti kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami” (29 – al-Ankabut : 69).

Sekali lagi orang yang tidak mau jihaadun nafsi, tidak mau memerangi dan mengarahkan nafsunya, tidak atau kurang mujahadahnya istilah Wahidiyah, dia tidak bisa bebas dari cengkeraman imperialis nafsunya. Otomatis dia jauh dari Alloh !. Makin lama makin jauh, makin lama makin berlarut-larut ngujo (melampiaskan) nafsunya. Dan dia tidak merasa di perbudak oleh nafsunya. Makin bayak amal-amal ibadahnya, makin dalam dia terjerumus ke dalam lumpur dosa. Dia tidak merasa. Sekalipun kelihatan lahiriyahnya taat menjalankan ibadah begini begitu, akan tetapi sesungguhnya bukan ibadah kepada Alloh SWT, melainkan menyembah kepada nafsunya sebab tidak disertai niat yang ikhlas LILLAH.
Ada pamrih yaitu nuruti keinginan nafsu. Pamrih ingin pahala, ingin surga, selamat dari neraka. Ingin terhormat, ingin terpuji, ingin mulia dan sebagainya.
Ibadah yang tidak ikhlas karena Alloh SWT, tidak Lillah, tidak akan di terima oleh Alloh SWT. Dan kalau ibadah tidak diterima, bukan lagi ibadah namanya melainkan ma’siat. Berat akibatnya lebih-lebih di akhirat.
Lebih berat lagi daripada itu ialah kalau disamping yang sudah tidak ikhlas dia mengaku merasa mempunyai kemampuan sendiri. Merasa mampu dan mempuyai kemampuan sendiri. Merasa mampu manjalankan ibadah. Dan dia tidak sadar dia bisa melakukan ibadah itu adalah karena mendapat fadhol dari Alloh SWT. Dia ingkar terhadap pemberian Alloh SWT. Dia tidak sadar BILLAH.
Orang yang tidak sadar Billah otomatis ujub, hidupnya akan takabur sekalipun dalam kadar yang sangat halus sekali.

الْعُجْبُ أَنْ يَرَى أَنَّ لَهُ حَوْلاً وَقُوَّةً

“Ujub” adalah melihat bahwa dirinya (mengaku dirinya) mempuyai kekuatan atau kemampuan”.

Apabila rasa berkemampuan itu diperlihatkan kepada orang lain, diperlihatkan dengan lisanul-hal atau dengan lisanul maqom, lebih-lebih dengan keduanya namanya “RIYA’ ”. Dan apabila dirinya merasa lebih baik dari pada orang lain, namanya “TAKABUR”.
Perilaku hati seperti takabur, ujub, riya’ dan sebagainya adalah perbuatan yang merusak, menghacurkan amal-amal ibadah, mempersekutukan Alloh SWT. Syirik KHOFI = mempersekutukan Alloh SWT secara samar-samar. Dikatakan khofi/ samar karena dilakukan oleh hati dan tidak diketahui oleh manusia.
Sekalipun syirik khofi itu tidak menghilangkan dasar iman kepada Alloh SWT, akan tetapi tetap syirik dan juga berat sekali akibatnya. Justru merupakan sumber penyelewengan dan penyalahgunaan, sumber dari segala kedholiman. Dan umumnya orang tidak merasa saking halusnya. Karuan sekali kalau Syirik JAALI = mempersekutukan Tuhan secara terang-terangan.
Disamping menyembah Tuhan, mereka menyembah selain Alloh SWT, seperti menyembah berhala, batu gunung, matahari atau mahluk lainnya. Dia jelas-jelas ingkar kepada Alloh SWT, dia kafir tidak punya iman yang benar terhadap Alloh SWT dan sifat-NYA. Sedangkan kalau Syirik Khofi, dia juga masih mempuyai iman, masih percaya kepada Alloh SWT, akan tetapi dengan diam-diam dia memiliki pemahaman yang berkuasa selain Alloh SWT.
Dia mengimbangi dan menandingi Alloh SWT. Dia merampas atau menggasap hak-haknya Alloh SWT, merongrong kekuasaan Alloh SWT, mengekup kekuasaan Alloh SWT mengapa tidak ?. Alloohu Qoodirun – Alloh Yang Maha Kuasa, dia percaya. Akan tetapi di samping itu dia juga merasa kuasa, merasa mempuyai kekuasaan dan kemampuan. Buktinya dia merasa bisa berusaha bisa bekerja, bisa menjalankan ibadah, tanpa menyadari pertolongan Tuhan. Kalau tidak karena usahaku..... dapatkah rizki jatuh sendiri dari langit ?.....dan sebagainya.
Dosa syirik, sekalipun syirik khofi berat sekali siksa dan akibatnya. Firman Alloh SWT :

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُوْنَ ذَالِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيْمًا (4-النساء:48).

“Sesungguhnya Alloh tidak memberi ampun jika dipersekutukan (dengan makhluk) dan Alloh mengampuni dosa-dosa selain dosa syirik bagi orang yang Dia kehendaki. Dan barang siapa syirik Billah maka sungguh ia telah melakukan dosa besar” (4 – an-Nisa’ : 48).
Dengan dasar firman Alloh SWT itulah disamping pengalaman dzauqiyah, maka Beliau Syekh Abil Hasan Asy-Syadzali Ghoust Fii Zamanihi Rodhiyalloohu ’anhu memberikan peringatan :

مَنْ لَمْ بَتَغَلْغَلْ فِي عِلْمِنَا هَذَا كَانَ مُصِرًّا عَلَى الْكَبَائِرِ وَإِنْ عَمِلَ مَا عَمِلَ وَهُوَ لاَيَعْلَمُ (كَمَا في ابنِ عُبَاد ثاني : 39).

“Barang siapa yang tidak mencicipi ilmuku ini (sadar BILLAH) maka dia tetap membawa dosa besar sekalipun betapa banyak ibadahnya dan dia tidak menyadarinya”.
Berat sekali akibat dan siksanya dosa syirik. Jangankan seperti kita-kita para umat yang penuh berlumuran dosa, sedangkan Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW yang Habibulloh nomer satu, juga para nabi dan para Rosul sebelum kanjeng nabi ‘ala nabiyina wa ’alaihimus sholaatu was salaam, beliau tersebut sudah dijamin ma’shuum terpelihara dari dosa-dosa, masih juga diberi peringatan oleh Alloh SWT tentang syirik, firman Alloh SWT :

وَلَقَدْ أَوْحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ (39- الزمر : 65).

“Dan sungguh telah diwahyukan kepada-Mu dan kepada orang-orang (Nabi-Nabi) sebelum Engkau, jika engkau melakukan syirik pasti amal-amal-Mu menjadi lebur, dan (oleh karenanya) engkau termasuk golongan orang-orang yang mengalami kerugian besar” (39 - az-Zumar : 65).

Begitu beratnya ancaman Alloh SWT terhadap orang yang melakukan dosa syirik. Dosa tidak merasakan dan menghayati makna “LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH”. Makin banyak ibadahnya, makin banyak besar dosanya, makin berat siksanya. Amal-amal yang baikpun ikut hancur lebur tiada gunanya, tiada manfa’atnya. Malah disamping tidak ada manfa’atnya, besok di akhirat dirupakan siksa untuk menyiksa yang bersangkutan.
Maka dari itu mujaahadatun nafsi harus senantiasa terus-menerus ditingkatkan di dalam gerak dan laku. Antara lain dengan terus–menerus melatih hati LILLAH BILLAH. Dan jangan sampai berhenti karena merasa sudah bisa LILLAH BILLAH !. Dapatnya mengeterapkan LILLAH BILLAH itu juga harus merasa BILLAH !. Jangan merasa dapat LILLAH BILLAH sendiri. Dan dapatnya BILLAH yang kedua juga BILLAH. Dan seterusnya.
Nafsu itu pandai sekali menggoda hati. Tidak hanya di dalam keadaan maksiat saja hati digoda dan dirayu oleh nafsu, akan tetapi justru di dalam keadaan taatpun makin kuat usaha dan tipu daya nafsu untuk menggelincirkan agar taatnya menjadi rusak menjadi ternoda. Buktinya ketika orang sedang sholat misalnya, nafsu menggoda dengan mengajak hati ingat ini, ingat itu, bahkan mengakui itu bisa sholat, sholatku paling khusyu’, orang-orang melihat aku, aku lebih baik, lebih rajin, lebih khusyu’ dari pada si anu dan sebagainya. Maka timbullah ujub, riya’, takabur ketika sedang sholat.
Pokoknya nafsu senantiasa mengintip mencari kesempatan dan siap siaga untuk mencaplok hati yang lengah, hati yang tidak ingat kepada Alloh, hati yang tidak merasa BILLAH.
Sekejap saja hati lengah, secepat kilat nafsu mengusai dan memerintah hati menyelewengkan arah tujuan pokok, jika hati menjadi sadar BILLAH kembali nafsunya melarikan diri dengan sendirinya. Akan tetapi selalu siap, untuk mengadakan serangan penggodaan berikutnya dengan cara yang lebih halus lagi. Maka dari itu kita harus senantiasa waspada dengan terus meningkatkan penerapan LILLAH BILLAH dan dibantu dengan mujahadah sholawat Wahidiyah.
Beliau al-Mukarrom Mbah KH. Abdoel Madjid Ma’roef Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA menganjurkan - mengamanatkan kepada kita agar supaya lebih memperbayak membaca kalimat nida’ :
يَا سَـيِّدِي يَا رَسُوْلَ اللهِ

Kapan dan dimana kita berada dan ada kesempatan disamping mujahadah Wahidiyah pada waktu tertentu. Kita baca dalam lisan maupun batin, melihat situasi dan kondisi alhamdulillah besar sekali mamfaatnya bagi hati di dalam menerapkan LILLAH BILLAH. Kita bahas lagi tentang BILLAH. Sebab ini masalah pokok, masalah TAUHID, masalah IMAN, yang paling menentukan. Ada perbedaan didalam pengeterapan LILLAH dan BILLAH.
Pengeterapan niat LILLAH adalah terbatas. Terbatas pada hal-hal yang tidak dilarang syari’at, perbuatan atau tindakan yang dilarang syari’at, baik perbuatan lahir ataupun perbuatan batin sama sekali tidak boleh diniati ibadah LILLAH. Seperti maksiat misalnya, sama sekali tidak boleh diniati ibadah LILLAH. Makanya tidak boleh dikerjakan.
Adapun kesadaran rasa BILLAH itu mutlak. Tidak terbatas melainkan menyuruh. Menyeluruh dalam segala keadaan. Situasi dan kondisi, dalam segala tingkah laku lahir maupun batin, harus..... harus merasa BILLAH. Tanpa kecuali. Tidak membeda-bedakan ta’at atau ma’siat. Sekalipun didalam keadaan ma’siat (baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja) harus merasa BILLAH.

لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

“Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah Alloh-Billah”.

قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللهِ (4-النساء:78).

“Katakanlah (wahai Muhammad) segala sesuatu itu datang dari Alloh” (4 – an-Nisa’ : 78).

Orang yang ma’siat tidak merasa BILLAH dosanya dobel. Pertama dosa ma’siat itu sendiri, dosa melanggar syari’at, dosa melanggar larangan Alloh. Kedua, tidak sadar BILLAH. Bahkan dosa yang kedua ini yang lebih berat, sebab termasuk dosa syirik sekalipun SYIRIK KHOFI = syirik secara samar-samar. Bidang TAUHID harus begitu. Harus BILLAH.
Hal tersebut tidak boleh diartikan bahwa kita diperbolehkan melakukan perbuatan ma’siat asal sudah bisa BILLAH. Tidak, tidak berarti begitu. Perkara boleh atau tidak itu perkara syari’at bidang LILLAH !. Sedang BILLAH bidang iman, bidang TAUHID.
Kita harus mengisi segala bidang !. kita isi sepenuh mungkin. Di bidang syari’at, ma’siat tetap ma’siat, dilarang menjalankanya. Harus dicegah dan dihindari sekuat mungkin. Apabila terpaksa menjalankan ma’siat harus diakui itu terlarang tidak boleh dikerjakan. Maka harus cepat-cepat menghindar dan bertaubat. Di dalam kita menghindarkan diri ma’siat dan bertaubat itulah yang harus disertai niat LILLAH disamping sadar BILLAH senantiasa begitu seterusnya.
Sedangkan pada ayat berikutnya yakni nomer 79 an Nisa’ dijelaskan :

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ (4-النسَاء: 79).

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, dan apa saja bencana yang menimpa dirimu adalah dari kesalahan dirimu sendiri” (4 – an-Nisa’ : 79).

Ini contoh bagaimana kita mengisi bidang syari’at dan bidang adab. Apa yang kita rasakan baik, harus kita sadari itu dari pemberian Alloh SWT, maka kita harus meningkatkan syukur kita kepada Alloh SWT. Dan apa yang kita rasakan tidak baik harus kita akui dengan jujur, bahwa itu adalah akibat perbuatan dan kesalahan kita. Akibat dosa-dosa kita. Maka harus secepatnya bertobat memohon ampun dan memperbaiki hal-hal yang kurang baik. Harus merubah sikap atas perbuatan yang kurang baik tadi !.
Begitu pengeterapan segi Lillah segi syari’atnya. Adapun segi Billah, segi tauhid harus kita sadari, kita rasakan bahwa semua Billah. “LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH dan KULLUN MIN ’INDILLAH” seperti diatas.
Alhamdulillah bifadhlillah wa rohmatih, wa bisyafa’ati Rosulillah SAW, wa tarbiyati wa bi barokati wa nadhroti wa karomati Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’wanihi wa saa-iri auliyaaillah wa ahbaabillaahi Rodhiyalloohu Ta’ala ‘anhum, kita pengamal Sholawat Wahidiyah dengan memperbayak mujahadah Wahidiyah dikaruniai bertambah kuat daya tahan mental hati kita dari godaan-godaan dan pengaruh jahatnya nafsu sehingga dikaruniai lebih mudah dan bertambah-tambah di dalam mengeterapkan LILLAH BILLAH, sekalipun masih harus senantiasa usaha kearah peningkatan yang lebih baik lagi.
ALHAMDULILLAH, HAADZA MIN FADLI ROBBI.
الحَمْدُ للهِ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي
الْحَـمْدُ للهِ الَّذِي آتـانَا * بِالْوَاحِـدِيَّةِ بِفَضْلِ رَبِّــنَا

"Segala puji bagi Alloh yang telah mendatangkan kepada kami Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah dengan fadhol Tuhan kami."

يَا سَيِّدِي الصَّـلاَةُ وَالسَّـلاَمُ * عَلَيْكَ يَا رَءُوفُ يَا رَحِيْم

"Duhai pemimpin kami, sholawat dan salam semoga tercurah kepangkuan-Mu duhai kanjeng nabi yang bersifat rouf, duhai kanjeng nabi yang bersifat kasih sayang".

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ (9-التوبة :128).

"Sesungguhnya telah datang kepadamu sekalian seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin".

وَالآلِ قَدْ أُسْرِعَتِ الْحَـوَائِجُ * بِكَ الْهُدَي الرِّضَا الْفُتُوْحُ الْفَرَجُ

Dan begitu juga (sholawat dan salam semoga tercurah) kepada keluarga-Mu duhai Kanjeng Nabi.
Sungguh, berhasilnya bermacam-macam hajat, datangnya berbagai petunjuk dan keridhoan Alloh dan terbukanya hati, serta jalan dari macam-macam kesulitan. Semua itu dipercepat (bagi kami), (sebab memperoleh jasa-jasa baik dari Engkau duhai kanjeng nabi.

أَنْتَ الْمُشَفَّعُ الشَّفِيْعُ اشْفَعْ لَنَا * عِنْدَ الْكَرِيْمِ أَبَدً وَرَبّـِنَا

Engkau duhai Kanjeng Nabi yang dapat mensyafa’ati dan diterima syafa’atnya, syafa’atilah kami disisi Tuhan Maha Mulia. Dan didik serta bimbinglah kami selama-lamanya !.
Begitulah pada hakikatnya, sebab pokok dan utama dari segala fadhol dan rahmat Alloh SWT itu, bahkan sebab diciptakannya seluruh mahluq ini, tidak lain adalah Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Oleh sebab itu kita wajib syukur dan sadar atau ma’rifat atau mengenal lahir batin kepada Kanjeng Nabi SAW.
Cara bersyukur terima kasih kepada Kanjeng Nabi SAW, yang praktis dan meliputi ialah dengan menerapkan dalam hati ‘’LIRROSUL BIRROSUL” disamping merasa “Bihaqiiqotil Muhammadiyah” seperti sudah kita bahas pada bab “Ta’alluq Bijanaabihi SAW” dimuka.

AL FAATIHAH - MUJAHADAH !

Sumber : Kuliah Wahidiyah - YPW Kedunglo Kediri.

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
19.37 0 Read More →

Rabu, 16 Desember 2015

553 Ajaran Wahidiyah


 

Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh - Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !
Lihat postingan di facebook

Yang dimaksud dengan AJARAN WAHIDIYAH adalah : Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam melaksanakan Tuntunan Rosululloh SAW. Meliputi bidang syari’at dan bidang haqiqot, mencakup peningkatan iman, pelaksanaan Islam dan perwujudan Ihsan serta pembentukan moral/akhlaq. 

Peningkatan Iman menuju Kesadaran atau Ma’rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari pada ketaqwaan terhadap Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa.
Perwujudan Ihsan sebagai manifestasi dari pada iman dan Islam yang kamil ( sempurna ).
Pembentukan moral/ akhlaq untuk mewujudkan akhlaqul kariimah. Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam memanfaatkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah/ spiritual yang seimbang dan serasi.

Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia terhadap Alloh wa Rosuulihi SAW. (hablun minalloh) dan hubungan manusia di dalam kehidupan masyarakat sebagai insan sosial (hablun minannas) hubungan manusia terhadap keluarga dan rumah tangga, terhadap bangsa, negara dan agama, terhadap sesama umat manusia segala bangsa serta hubungan manusia terhadap segala makhluq lingkungan hidup pada umumnya.
AJARAN WAHIDIYAH tersebut dirumuskan sebagai berikut :

لله - بالله
LILLAH- BILLAH

للرسول - بالرسول
LIRROSUL-BIRROSUL

للغوث - بالغوث
LILGHOUST- BILGHOUST

يؤتى كل ذى حقّ حقّه
YUKTIKULLA DZI KHAQQIN KHAQQOH

تقديم الاهم فالاهم ثمّ الانفع فالانفع
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANGFA' FAL ANGFA'
 

FUNGSI MANUSIA HIDUP DI DUNIA
Sebelum kita membahas satu persatu pengertian dan bagaimana penerapan AJARAN WAHIDIYAH tersebut, marilah kita renungkan, kita fikirkan terlebih dahulu apakah fungsi manusia dihidupkan oleh Alloh SWT di dunia ini.

Kita perhatikan firman Alloh SWT :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيْفَةً (2- البقرة :30 ).

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “sesungguhnya AKU hendak menjadikan kholifah di muka bumi” (2 – al-Baqoroh : 30).

Yang dimaksud “Kholifah” dalam ayat ini adalah Nabi Adam “Alaihissalaam” yang menurunkan seluruh umat manusia. Jadi setiap manusia sebagai anak keturunan Nabi Adam “Alaihissalaam” dengan sendirinya menjadi ahli waris Kholifah Alloh di bumi. Dan sebagai ahli waris, secara Adami berarti setiap manusia mempuyai tugas kewajiban dan tanggungjawab menjalankan kekholifahan.
“Kholifah Alloh” atau “Wakil Tuhan” di bumi diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridhoi Alloh SWT.

Tuhan Maha Pencipta yang melimpahkan mandat “kholifah” kepada Nabi Adam ‘alaihis-salaam. Dan untuk membimbing umat manusia melaksanakan mandat “kholifah” itu maka Alloh telah memilih di antara hamba-hamba-NYA dijadikan Nabi Pemimpin umat, dan diantara nabi-nabi ada yang ditetapkan sebagai Rosul utusan Alloh dengan dibekali kitab suci sebagai tuntunan hidup manusia. Nabi dan utusan yang terakhir sekali adalah Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW dengan kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia sampai akhir zaman.

Di dalam menjalankan fungsinya sebagai kholifah Alloh di bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar pokok yang harus dituju oleh manusia adalah seperti yang telah ditetapkan di dalam Al Qur’an surat no. 51 Adz - Dzaariyat ayat 56 :

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ (51- الذاريات : 56)

“Dan tiada AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada KU” (51-adz-Dzaariyat : 56).
Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun hidup di dunia ini harus diarahkan untuk mengabdikan diri beribadah kepada Alloh SWT, harus dijadikan sebagai pelaksanaan dari pada “LIYA’BUDUUNI”. 

Jadi ibadah itu tidak hanya terbatas pada mengucapkan syahadat, menjalankan sholat, zakat, puasa dan haji yang menjadi rukun Islam itu saja, juga tidak hanya terbatas pada menjalankan ibadah-ibadah sunah seperti membaca al-Qur’an, membaca dzikir, membaca sholawat dan sebagainya. Akan tetapi di samping itu semua, segala gerak gerik manusia, segala tingkah laku dan perbuatannya sepanjang tidak melanggar larangan Alloh SWT, harus dijadikan sebagai pelaksanaan ibadah kepada Alloh SWT. 

Jika hidup manusia ini tidak selalu diarahkan untuk pengabdian diri ibadah kepada Alloh ini berarti manusia menyimpang dari haluan hidup yang telah di gariskan Alloh SWT. dalam ayat tersebut diatas. Suatu penyelewengan suatu penyalahgunaan mandat, suatu dosa besar yang harus ditobati. 

Sahabat Ibnu Abbas Rodhiyalloohu ’anhu seorang mufassir al-Qur’an yang terkenal pada zaman Kanjeng Nabi SAW, menafsirkan kata “Liya’buduuni” dalam ayat tersebut yakni “Liya’rifuuni” Artinya, agar supaya mereka jin dan manusia ma’rifat mengenal atau sadar kepada-KU (Alloh). Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma’rifat atau mengenal Alloh SWT. Tuhan Yang Maha Pencipta.

Setelah dari pada syarat yang prinsip di dalam menjalankan ibadah ialah harus disertai adanya niat didalam pelaksanaan perbuatan ibadah tadi. Disertai niat ibadah. Jika tidak disertai niat ibadah, apapun macamnya perbuatan, perbuatan taat sekalipun, amal perbuatan tersebut tidak dicatat sebagai ibadah. Dan jika tidak dicatat sebagai ibadah, berupa sholat sekalipun, adalah menjadi maksiat, merupakan dosa. Sabda Rosululloh SAW menegaskan hal niat ini sebagai berikut :

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى (رواه البخاري ومسلم عن عمر رضي الله عنه).

“Sesungguhnya segala amal perbuatan itu ditentukan (tergantung/dinilai) menurut niatnya; dan sesungguhnya bagi seseorang itu tergantung pada apa yang ia niatkan” (Hadits riwayat Bukhori dan Muslim dan lainnya dari Umar Ibnul Khottob Rodhiyalloohu ‘anhuma).
Niat itu letaknya di dalam hati. Kelihatannya seperti perkara sepele akan tetapi menentukan sekali. Jika tidak kebetulan, artinya kurang mendapatkan perhatian, bisa menghancurkan bangunan ibadah keseluruhannya.

Bertitik tolak dari firman Alloh SWT dalam surat adz-Dzaariyat ayat 56 dan hadits shoheh tersebut diatas, Beliau al-Mukarrom Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Mu’allif Sholawat Wahidiyah memberikan bimbingan praktis di dalam pelaksanaan niat ibadah sebagai realisasi dari pada “Liya’buduuni” tersebut, yaitu dengan melatih dan membiasakan hati menerapkan “LILLAH”.

AL FAATIHAH - MUJAHADAH !




  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
07.28 3 Read More →

Selasa, 15 Desember 2015

524 - Contoh Doa Tawassul

 
Lihat postingan di facebook
Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh, Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku bertawajjuh (menghadap) kepada-Mu dan aku bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu nabi yang rahmat, wahai Nabi Muhammad SAW sesungguhnya aku bertawassul dengan-mu kepada Tuhanku (Allah) supaya ditunaikan hajatku ini…............... (… nyatakan hajat anda…).
------------

Contoh Do’a Tawassul yang pernah diajarkan Nabi Muhammad Saw dalam Hadits Shahih.
Umat Islam dalam berdo’a boleh bertawassul dengan Nabi Muhammad saw. Hal ini bukan perbuatan syirik sebagaimana anggapan yang dituduhkan oleh kaum Wahabi. Telah jelas, mereka dengan terang-terangan memfitnah ajaran tawassul dalam bedo’a, sebab Nabi Muhammad SAW sendiri yang mengajarkan tawassul dalam berdo’a.

Contoh do'a tawassul :
Berikut ini kami akan berikan Contoh Do’a Tawassul yang diajarkan Nabi Muhammad Al Musthafa Saw kepada Sahabatnya. Contoh Do’a tawassul ini ada dalam hadits shahih.
Sebenarnya contoh do’a tawassul cukup banyak, baik yang dicontohkan oleh para Ulama, juga yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW itu bukan perbuatan syirik sebagaimana anggapan yang dituduhkan oleh kaum pengikut Madzhab Hawa Nafsu (baca: Wahabi Dajjalis).

Salah satu contohnya adalah do’a Tawassul berikut ini:

اللهم إني أسألك و أتوجه إليك و أتوسل إليك بنبيك الأمين نبي الرحمة يآ محمد إني أتوسل بك إلى ربي لتقضى لي حاجتي…............................

( … sebutkan hajat ….............................................. )
Kalau anda sudah pandai baca tulisan Arab kami sarankan harus baca dalam ejaan Arabnya, tetapi bagi anda yang belum pandai membaca tulisan Arab bisa menggunakan tulisan latin di bawah ini. Walaupun begitu, anda harus mencocokkan bunyi bacaannya dengan guru atau teman yang sudah pandai baca abjad Arab. Ini sangat penting agar anda tidak salah ucap kalimat yang nantinya bisa salah artinya….

Baiklah, ini tulisan latinnya :
“Allahumma inniy as aluka wa atawajjahu ilaika wa atawassalu ilaika binabiyyikal amin nabiyyur rahmah, Yaa Muhammad, inni atawassalu bika ila robbi lituqdho li hajati…...................................” (… sebutkan hajat …................).

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku bertawajjuh (menghadap) kepada-Mu dan aku bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu nabi yang rahmat, wahai Nabi Muhammad SAW sesungguhnya aku bertawassul dengan-mu kepada Tuhanku (Allah) supaya ditunaikan hajatku ini…............... (… nyatakan hajat anda…).

Contoh do’a tawassul dengan Nabi Muhammad SAW ini berasal dari Hadits Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Imam At Tobaroniy dalam Mu’jam As Soghir dan beliau men-shahihkan hadits tentang do’a tawassul ini.
Wallohu a’lam.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
18.39 0 Read More →

539 - Terlihat Jauh Makam Rosululloh saw., Presiden Soekarno Langsung Merangkak Dan Melepas Baju Kepresidenannya.



Lihat postingan di facebook

Ada kisah menarik yang membuat Anda kagum sebagai warga Negara Indonesia apalagi seorang muslim, dimana Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno melaksanakan Ibadah haji pada tahun 1955. Meskipun perjalanan yang melelahkan karena gonta ganti pesawat dan pendaratan di beberapa bandara sebelum sampai di Arab Saudi, Sukarno tetap menunjukkan pribadi muslim yang sangat rendah hati dan mengikuti proses ibadah haji dengan khusuk. Di Saudi pun, meski disambut baik oleh Raja Saudi kala itu, bahkan Raja Saudi Pun kagum akan penghormatan bung Karno saat ziarah ke makam Rasulullah SAW. Begini kisahnya;

Diceritakan oleh Abuya Alhabib Abu Bakar bin Hasan Alatos Azzabidi. Alasan mengapa makam bung karno sampai saat ini didatangi banyak orang ?.Itu karna penghormatan, ikroman, ta'dziiman, mahabbatan,syauqon dan adab beliau yg tinggi kepada Nabi Muhammad saw. Karena ketika semasa hidup beliau mengunjungi Arab Saudi. Singkat cerita ketika berjalan di kota Madinah bersama Raja Saudi saat itu Bung Karno bertanya pada raja saudi,

"Dimana makam nya Rasulullah saw ya raja ?"

Raja saudi menjawabnya "Oh itu makam Rasulullah saw sudah terlihat dari sini"

Maka saat itu juga bung karno melepaskan atribut2 pangkat kenegaraanya. Raja heran dan bertanya pada bung karno

"Kenapa anda melepaskan itu semua ?"

"Yang ada di sana itu Rasulullah saw pangkatnya jauh lebih tinggi dari kita aku dan dirimu..."

Lantas Bung Karno berjalan merangkak sampai ke makamnya baginda Nabi Muhammad saw"
Cerita ini disampaikan oleh Sayyid Husein Muthahar. Begitu hebatnya pengormatan, ikroman, ta'dziiman, mahabbatan,syauqon dan adab beliau pemimpin kita bangsa Indonesia kepada Rasulullah SAW. Sehingga masa kepemimpinan nya pun menjadi berkah..

Mudah mudahan Allah SWT mengampuni segala dosa-dosanya dan di berikan kedudukan yang tinggi di sisi Nya

Aamiin.....

SUMBER : Majlis Al Haramain

AL FAATIHAH - MUJAHADAH !
_______________________________

Boleh dan silakan dibagikan, dikomentari dll. semoga berkah n bermanfaat tuk kita semuanya, khususnya tuk Perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Amiin !.
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
06.08 1 Read More →

542 - Mengapa Rasulullah SAW Memiliki Syafaat Besar, dan Bukan Para Nabi Lainnya ?

Lihat postingan di facebook
Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda, 
"ANA SAYYIDU WALADI ADAM WALA FAKHRO "
aku adalah sayid junjungan/pemimpin anak cucu Adam (umat manusia) dan itu bukan kesombongan tapi hakekat sebenarnya.
Ini adalah sebuah pernyataan yang menunjukkan kepemimpinannya kepada semua manusia sebagai bentuk kenikmatan Allah dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepadanya, bukan bentuk kesombongan. Allah SWT berfirman :

{وأمَّا بنعمةِ ربك فحدِّث} بشكرها وإشاعتها وإظهار آثارها ، يرد ما أفاضه الله تعالى عليه من فنون النعم ، التي من جملتها المعدودة والموعودة ، والنبوة التي آتاه الله تأتي على جميع النِعم ، ويَدخل في النِعم تعلُّم العلم والقرآن ، وفي الحديث عنه صلى الله عليه وسلم : " التحدُّث بالنِعَم شكر " ولذلك كان بعض السلف يقول : لقد أعطاني الله كذا ، ولقد صلَّيتُ البارحة كذا ، وهذا إنما يجوز إذا ذكره على وجه الشكر ، أو ليُقتدى به ، فأمّا على وجه الفخر والرياء فلا يجوز. هـ.
(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11).
Dengan mensyukurinya, mensiarkannya dan menampakkan hasilnya dengan menjalankan nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan Allah padanya, dan tergolong dalam nikmat Allah adalah belajar ilmu dan al-Quran... ...
Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda "Menyebut-menyebut nikmat adalah syukur", oleh karenanya sebagian ulama Salaf berkata :
"Allah memberiku begini, kemarin aku telah menjalankan shalat sekian"
Yang demikian diperbolehkan bila bertujuan untuk bersyukur atau agar dapat dianut oleh orang lain sedang bila bertujuan riya', sombong dan pamer maka tidak boleh.
Al-Bahr al-Madiid VIII/489

{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ} أنه يجوز للإنسان أن يفتخر بطاعاته ومحاسن أخلاقه إذا كان يظن أن غيره يقتدي به، فثبت أن مطلق التكاثر ليس بمذموم، بل التكاثر في العلم والطاعة والأخلاق الحميدة، هو المحمود، وهو أصل الخيرات
(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11).
Sesungguhnya diperbolehkan bagi seseorang menyebut-nyebut kataatannya, kebaikan-kebaikan perilakunya bila ia menduga bahwa orang lain akan meneladaninya, dengan demikian tidak setiap bermegah-megahan itu tercela, bermegah-megahan dibidang ilmu, ketaatan dan perilaku-perilaku yang baik sangat terpuji karena ia adalah sumber dari segala kebaikan...
Tafsiir Fakhr ar-Rozi 32/227
Dalam Tafsiir al-Maraghi lebih diperjelas bahwa menyebut nikmat duniawi dengan memberikannya pada orang lain,...

(وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ) أي أوسع فى البذل على الفقراء بمالك ، وأفض من نعمه الأخرى على طالبيها ، وليس المراد مجرد ذكر الثروة والإفاضة فى حديثها ، فإن ذلك ليس من كرم الأخلاق فى شىء.

(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11)
Artinya perbanyak memberi pada orang fakir dengan hartamu, limpahkan nikmat-nikmat ukhrawi pada penuntutnya, bukan yang dimaksud hanya sekedar menyebut-nyebut kekayaan dan anugerah dalam pembicaraannya karena yang demikian bukanlah tergolong suatu akhlak yang mulia.
Tafsiir al-Maraaghi 30/187
{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ} والكتمان كفران النعمة ، وقد ذم الله عز وجل من كتم ما آتاه الله عز وجل وقرنه بالبخل فقال تعالى: {ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَآ ءَاتَـﯩـٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦۗ} وقال صلى الله عليه وسلم: «إِذَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً أَحَبَّ أَنْ تُرَى نِعْمَتُهُ عَلَيْهِ»، وأعطى رجل بعض الصالحين شيئاً في السر فرفع به يده وقال: هذا من الدنيا والعلانية فيها أفضل والسر في أمور الآخرة أفضل. ولذلك قال بعضهم: إذا أعطيت في الملأ فخذ ثم اردد في السر والشكر فيه محثوث عليه. قال صلى الله عليه وسلم: «مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ»
(“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya” QS. 93:11)
Menyembunyikan artinya menkufuri nikmat, Allah sangat mencela orang yang menyembunyikan apa yang telah Allah berikan dan menghubungkannya dengan kata kikir, Allah berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka.” *QS. 4:37)
Nabi SAW bersabda :“Saat Allah memberi nikmat pada seorang hamba, Dia lebih suka bila nikmat tersebut dilihat dariNya”.Sebagian Ulama Shalih diberikan sesuatu oleh orang dia mengangkat tangannya seraya berkata “Yang ini bagian dari duniawi maka menampakkannya lebih utama, sedang menyembunyikan urusan-urusan akhirat lebih utama”.Karenya sebagian Ulama berkata “Bila engkau diberikan sesuatu dalam sebuah perkumpulan maka ambilah kemudian kembalikanlah saat dalam kondisi sendirian, dan mensyukurinya sangat dianjurkan”.

Nabi SAW bersabda “barangsiapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) pada orang-orang, ia pun tidak akan dapat bersyukur pada Allah ‘Azza Wa Jalla”.
Ihyaa’ ‘Uluum ad-Diin I/206

Dengan mensyukurinya, mensiarkannya, menampakkan hasilnya serta mengaplikasikannya dalam amaliyah yang nyata.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّ ثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur). (QS. Ad-Duha: 11)
Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda :

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تُنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ, وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ, وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ تَحْتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ (روَاه التِرْمِذي وَابنُ مَاجَه عن أبي سَعِيد الخُذْرِي وَالحَاكِم عن جابِر بِإٍسْنَادِ حسَنٍ).

“Aku adalah Sayyid pemimpin dari anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri (tanpa ada kesombongan), dan Aku adalah orang yang pertama memberikan syafa’at dan orang pertama yang diterima syafa’atnya. Di tangan-Kulah “BENDERA PUJI” dan dibawah bendera itu bernaung Nabi Adam kemudian orang-orang lainnya” (Anak Cucu Adam). (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri, dan riwayat al-Hakim dari Jabir dengan sanad yang shoheh).

يَشْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلاَثَةٌ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْعُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ (رَوَاهُ ابنُ مَاجَه عنْ عُثْمَان).

“Yang dapat memberi syafa’at besok pada Yaumul Qiyamah ada tiga : yaitu para Anbiya’ kemudian para Ulama’, kemudian para Syuhada’ ”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Usman Ra.).

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ وَمَمَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ. وَأَمَّا حَيَاتِي فَأَسُنُّ لَكُمُ السُّنَنَ, وَأَشْرَعُ لَكُمُ الشَّرَائِعَ. وَأَمَّا مَمَاتِي فَإِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ, فَمَا رَأَيْتُ مِنْهَا حَسَنَاتٍ حَمِدْتُ اللهَ عَلَيْهِ وَمَارَأَيْتُ سَيِّئَاتٍ إِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ (رَواهُ البزَّار عن ابنِ مَسْعُودٍ بِإسْنَادٍ صَحِيْح).

“Hidup-Ku adalah kebaikan bagi kamu sekalian dan kematian-Ku pun kebaikan bagi kamu sekalian. Adapun hidup-Ku maka-AKU memberikan tuntunan berbagai sunnah kepada kamu sekalian dan mengajarkan berbagai macam syari’at kepada kamu sekalian. Sedangkan kematian-Ku (yang juga kebaikan bagi kamu sekalian), oleh karena sesungguhnya amal-amal kamu sekalian diperlihatkan kepada-Ku. Maka apa saja yang aku lihat dari padanya kebaikan, Aku memuji kepada Alloh atas kebaikan itu, dan apa yang Aku melihatnya keburukan, maka Aku memohonkan ampunan kepada Alloh bagi kamu sekalian” (Diriwayatkan oleh Bazzar dari Abdullah bin Mas’ud dengan sanad yang shoheh).

Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin semua manusia di dunia dan akhirat. Di akhirat, semua manusia mengakui kepemimpin dan keutamaannya, baik manusia yang beriman maupun durhaka, manusia yang bahagia maupun celaka. Sementara itu, di dunia, tidak semua manusia mengakui kepemimpinannya kecuali manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pemimpin kaum adalah orang yang paling mulia dan murah hati di antara mereka, yang memerhatikan perkara mereka, serta berusaha memberikan kebaikan urusan mereka. Pemimpin kaum adalah orang yang dituju dalam kesedihan dan berbagai bencana serta diharap kebaikannya dalam keadaan-keadaan sulit dan sempit.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyatakan posisi kepemimpinannya agar mereka datang kepadanya dalam keadaan-keadaan yang paling menyulitkan,yaitu saat peristiwa bangkitnya kiamat dan prahara-praharanya. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan manusia dari bencana dan kesulitan saat itu kecuali pemimpin mereka. Ketika itu manusia melihat kepemimpinan Rasulullah SAW dan mengakuinya.

Imam Nawawi mengatakan dalam Syariah Shahih Muslim, “Allah memberikan ilham kepada manusia untuk meminta syafaat kepada Adam dan Rasul sesudahnya pada saat dimulainya hisab dan tidak memberikan ilham kepada mereka untuk meminta syafaat kepada Nabi SAW untuk pertama kalinya. Hal ini adalah untuk memperlihatkankeutamaan Nabi SAW. Ada kemungkinan Rasul lainnya mampu memberikan syafaat ini sebelum mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad SAW. Apabila mereka memintanya dari Rasul-rasul lain selain Nabi Muhammad SAW dan para rasul ini tidak mampu memberikan apa yang mereka minta, lalu mereka meminta syafaat dari Nabi Muhammad SAW, dan beliau sanggup memberikan syafaat ini maka ini menunjukkan puncak pangkat, kesempurnaan kedekatan, dan kebesaran pemberian petunjuk dan ketenangan.”

Imam An-Nawawi mengatakan, “Hadis ini juga menunjukkan keutamaan Nabi SAW di atas semua makhluk dari para rasul, anak Adam, dan malaikat. Sesungguhnya tidak ada yang mampu memberikan perkara besar ini – syafaat al-uzhma(agung) –selain beliau. Wallahu a’lam.”
Tidak seorang pun dari para rasul yang dapat memberikan syafaat besar karena saat itu dipenuhi dengan murka Allah SWT. Oleh karena itu, setiap rasul mengatakan, “Sesunggguhnya Tuhan pada hari ini murka dengan murka yang belum pernah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu setelahnya.” Maka tidak dapat mensyafaati kecuali kekasih Allah yang paling terkasihi dan paling dekat dengan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Agar seseorang tidak terjatuh dalam keraguan mengenai apakah para nabi salah atau berdosa padahal mereka adalah maksum, hal tersebut perlu dijelaskan di sini.
Para ulama terdahulu telah memberikan jawaban atas apa yang dinisbatkan kepada para nabi berupa perbuatan dosa, setelah Al-Qur’an dan sunah menunjukkan dengan jelas kemaksuman mereka dari penyelewengan dan perbuatan haram. Setiap ulama terdahulu telah memberikan jawaban yang di dalamnya terdapat penjelasan kesucian para nabi, kesempurnaa, kemuliaan, dan kebebasan mereka dari perbuatan-perbuatan keji dan buruk.

Jika bukan karena khawatir memperpanjang lebar , kami akan menyebutkan disini pendapat-pendapat mengenai hal itu dengan terperinci. Akan tetapi, disini kita menyebutkan satu pendapat yang masyhur di kalanan para ulama yang disebutkan dalam kitab-kitab ulama salaf dan dijelaskan dalam kitab-kitab ulama khalaf.

Dosa-dosa yang dinisbatkan kepada para nabi yang tersebut di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi SAW sama sekali bukan seperti dosa-dosa yang dilakukan oleh selain mereka. Akan tetapi, ini adalah bagian bab kaidah yang ditetapkan dalam masyhur di kalangan semua lapisan ulama baik salaf maupun khalaf.

Kaidah ini berbunyi, “Kebaikan bagi al-abrar adalah keburukan bagi al-muqarrabun, mubah bagi orang awam adalah keburukan bagi orang al-abrar.” 

Dosa yang dinisbatkan kepada para nabi dalam suatu ayat atau hadis adalah dosa jika dikaitkan dengan posisi mereka yang tinggi dan khusus, walaupun bukan dosa jika dikaitkan dengan selain mereka, bahkan dianggap kebaikan. Wallahu a’lam.
Akhir do’a kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. AMIIN !.

AL FAATIHAH - MUJAHADAH !
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
05.57 2 Read More →

552 (Bagian Kedua) Tata Cara dan Adab Melaksanakan Ibadah Umroh



Ahmad Dimyathi's photo.

Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh - Duhai Pemimpin kami Duhai Utusan Alloh !
Lihat postingan di facebook
 
Seorang teman yang hendak melaksanakan ibadah umroh bertanya kepada saya tentang hal-hal berikut:

01. Adab menginjakkan kaki di kota suci madinah dan mekkah....
02. Adab ke makam baginda Agung Nabi Muhammad SAW ,
03. Niatnya melaksanakan ibadah umroh
04. Selama kita disana mujahadah apa yg harus diperbanyak ?
05. Mengirim Ucapan Salam Kepada Rasulullah SAW.

Jawaban dari pertanyaan tersebut saya rangkum sebagai berikut :

1. Adab menginjakkan kaki di kota suci madinah dan mekkah...

Perbedaan Tanah Suci dengan Kota Lain

Perbedaan tanah suci dengan kota lain tentu akan menjadi suatu hal yang menonjol, karena tanah suci merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh bagi setiap muslim yaitu melaksanakan rukun islam yang kelima. Kota ini telah Allah namakan dengan tanah suci, sehingga bisa diambil perbedaan dengan negara lainnya yaitu tempat yang suci dan ada adab tertentu untuk menginjakkan kaki di tanah tersebut.

Hal ini seperti telah dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari yang artinya: “Sesungguhnya Ibrahim telah menjadikan kota Mekah sebagai tanah Haram (Tanah Suci) dan ia mendoakan para penduduknya. Dan sesungguhnya aku menjadikan Madinah sebagai tanah Haram seperti yang dilakukan Ibrahim terhadap Mekah”. Dengan seperti itu jelas bahwa hanya orang-orang tertentu yang bisa menginjakkan kaki di tanah suci, peraturan yang harus dilakukan dan di patuhi diantaranya adalah dilarang mengganggu hewan, merusak pepohonan, dan mengambil barang temuan yang bukan hak dan tidak diketahui pemilikinya.

Disaat menginjakkan kaki di tanah suci, yang harus dilakukan adalah memperbanyak beribadah, tidak dianjurkan untuk bertumpah darah di wilayan ini. Selain itu, orang yang berziarah atau sedang melaksanakan ibadah di tanah suci terdapat kewajiban untuk dipenuhi segala kebutuhannya dengan baik. Kewajiban dan aturan yang ada bukan sekedar aturan biasa karena semuanya telah diatur sejak zaman Rasulullah SAW.

Aturan tersebut sebanding dengan keutamaan yang dimiliki oleh tanah suci ini, setiap orang yang beribadah di tempat ini maka akan dilipatgandakan pahalanya, dan sebaliknya jika melakukan kemaksiatan maka akan diberikan balasan oleh Allah yang jauh berbeda dengan balasan yang diterima di tempat-tempat lain. Tanah suci telah menjadi tempat yang memiliki aturan tersendiri dan telah diajarkan oleh Rasulullah.

Seperti yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa ada satu tempat yang tidak mungkin dajjal memasukinya, tempat tersebut merupakan tempat orang-orang beriman jauh dari fitnah dajjal. Ya, tempat tersebut adalah Madinah Al-Munawarah, ditambah kota Madinah merupakan kota dimana setiap muslim dianjurkan untuk meninggal di kota ini, hal ini karena sesuai dengan keutamaan yang dimiliki dan tidak terdapat di kota manapun.

Sama halnya dengan kota Madinah, selain tempat dibangunnya Baitullah atau Ka’bah, Mekah Al-Mukaromah menjadi kota yang sangat dicintai Nabi Muhammad SAW. Dengan mengenal keutamaan tanah suci seperti itu, hendaknya sebagai seorang muslim akan rindu dan mengharap bisa menginjakkan kaki di tempat yang penuh pahala itu. Perbedaan dan keutamaan yang dimiliki tanah suci juga telah disebarkan atau diberitahukan kepada setiap jamaah haji atau umroh yang datang dengan diberikannya buku mengenai aturan dan keutamaan tanah suci. Semua aturan tersebut disusun oleh para ulama sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

2. Adab ke makam baginda Agung Nabi Muhammad SAW ,

Doa Ketika Berada Di Makam Rasulullah SAW dan Setelah Memberi Salam Kepada Baginda Agung Rosulullog SAW, Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar Ra.

Alhamdulillah, jika kita berkesempatan diberi peluang menjadi tetamu Allah dan tetamu Rasulullah SAW, maka disarankan agar kita berdoa kepada Allah swt setelah kita bersalaman dengan Rasulullah SAW., dan juga kepada sahabat beginda yaitu Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq ra. dan Sayyidina Umar Ibn Khattab ra. iaitu ketika kita menziarahi makam mereka di Masjid Nabawi, di Madinatul Munawwarah .

Caranya:
Setelah melaksanakan solat tahiyatul masjid, kita melangkah dengan penuh tertib dan takzim menuju makam Rasulullah SA W dan memberi salam kepada baginda. Tundukkan kepala dan bersalam bersungguh-sungguh dan khusyuk – assalmualaika ya Rasulullah. Assalamu’alaika ayyuhannabiyu warahmatullahi wabarakaatuh - dengan nada yang perlahan, yang hanya didengar oleh telinga kita sahaja sebagai tanda hormat kepada Rasulullah SAW. Kemudian bergerak selangkah ke kanan bersalam kepada Sayyidina Abu Bakar, kemudian bergerak selangkah ke kanan bersalam kepada Sayyidina Umar ibn Khattab. Setelah kita selesai bersalam dengan Umar ibn Khattab, kita kembali ke makam Rasulullah SAW. (Duduklah di belakang tiang, antara laluan umum dengan makam baginda, bagi mengelakkan agar tidak dimarahi atau dihalau oleh Polis yang bertugas.) Di situlah kita membaca:

Ya Allah, telah datang perkhabaran kepadaku daripada kalamMu:
(An-Nisa':64)
"Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul pun melainkan supaya ia ditaati dengan izin Allah. Dan kalaulah mereka ketika menganiaya diri mereka sendiri datang kepadamu (wahai Muhammad) lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah juga memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani."
Justeru itu Ya Allah, aku datang kepada RasulMu dan aku mohon ampun kepadaMu di atas segala dosa, maksiat, dan kesalahan yang telah aku lakukan serta bertaubat tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Semoga Engkau mengampunkan daku Ya Allah, Wahai Tuhan Yang Maha Pengampun.

  1. Istighfar 70x (BOLEH BACA SAYYIDUL ISTIGHFAR ALA WAHIDIYAH)
  2. Innallaha wamalaaikatahu yusallu na 'alan nabi ....DST....10x
  3. Sollallahu wasallamu 'alaika Ya Sayyidii Ya Rasulullah 70x
  4. (DILANJUTKAN MELAKSANAKAN MUJAHADAH ALA WAHIDIYAH).
  5. Berdoa kepada Allah swt seperti berikut :
“Ya Allah Ya Tuhanku, berilah keberkatan kepadaku Ya Allah. Engkau telah sampaikan aku Ya Allah di hadapan NabiMu, di hadapan orang yang Engkau cintai Ya Allah. Mudahkan aku untuk menjunjung dan melaksanakan semua perintahMu Ya Allah dan menjauhi semua laranganMu Ya Allah."
"Ya Allah Ya Tuhanku, berkatilah usahaku Ya Allah, berkatilah semua rezeki yang Engkau berikan kepadaku Ya Allah. Ya Allah, berkatilah semua anak-anakku Ya Allah, berikanlah keampunanMu kepadaku Ya Allah."
"Ya Allah Ya Tuhanku, janganlah Engkau matikan aku sebelum Engkau mengampunkan semua dosaku Ya Allah."
"Ya Allah, jadikanlah aku seorang yang benar-benar ikhlas di dalam segala amalanku Ya Allah. Ya Allah, Engkau kumpulkan daku di dalam golongan yang sedikit di kalangan yang sedikit Ya Allah."
"Ya Allah, Engkau permudahkanlah ibadah umarahku dan Ibadah hajiku Ya Allah. Engkau jadikanlah ia haji yang mabrur, umrah yang maqbul, dan saie yang penuh dengan kesyukuran, Ya Allah."
Rabbana, aatina, fid dunya hasanah. Wa fil aakhirati hasanah, waqina 'azaban nar. Wa sallallahu 'ala saiyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa sohbihi ajmaien.

CATATAN : Adab-adab berdoa/bermujahadah perlu dijaga seperti mengucapkan puji-pujian kepada Allah dsb.

3. Niatnya melaksanakan ibadah umroh 

Niat umrah adalah :
نويت العمرة وأحرمت بها لله تعالى
Teks latin: Nawaitul umrota wa ahromtu biha lillahi ta'ala
Artinya: Saya niat umrah dan ihram umrah karena Allah Ta’ala.
(dijiwai Lillah Billah, Lirrosul Birrosu..dst...).

4. Selama kita disana mujahadah apa yg harus diperbanyak ?
MUJAHADAH YAUMIYYAH BILANGAN 7 17, MUJAHADAH KHUSUSUS FAFIRRUU ILALLOH 5000, MUJAHADAH KHUSUS PENYIARAN WAHIDIYAH, MUJAHADAH KHUSUS KEUANGAN, MUJAHADAH KHUSUS KEAMANAN, MUJAHADAH KHUSUS KECERDASAN, MUJAHADAH KHUSUS ILMU LADUNI DLL...

5. Mengirim Ucapan Salam Kepada Rasulullah SAW.

Seseorang yang menziarahi kubur Nabi saw disunatkan mengucapkan salam kepada Baginda Agung Rosululloh SAW dengan ucapan:
"Assalaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmat Allaahi wa barakaatuhu, wa sallallaahu ‘alaika wa ‘ala aalika wa ashaabika Ya Sayyidii Ya Rosulalloh"
"Ucapan salam keatas Panjenengan , Ya Nabi dengan Rahmat dan Berkat Allah, dan moga Allah merahmati Panjenengan , keluarga Panjenengan dan sahabat Panjenengan, Duhai pemimpin kamii duhai Utusan Alloh".

Dan seterusnya memberi salam kepada Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar. Begitulah juga kita diajar mengucapkan salam apabila melawat mana-mana perkuburan orang-orang Islam yang lain. Amalan-amalan ini hanya disunatkan kepada mereka yang menziarahi kubur sahaja. Amalan mengirim salam kepada baginda saw atau pun kepada kubur sesiapa diperbolehkan.

Ada dikalangan mereka yang tidak dapat pergi ke Madinah mengirim salam kepada Nabi saw melalui mereka yang melakukan ziarah, beberapa dari mereka berdiri sambil menyampaikan salam tersebut. Ini adalah amalan sunnah/ boleh. Sebagaimana kita mengirim ucapan salam/menyebar salam kepada siapa saja, ke guru dan para sahabat, saudara kita sesama muslim lainnya. Nabi saw bersabda "Solawat keatas ku kerana sesungguhnya Solawat salam anda sampai kepadaku dimana sahaja kamu berada'- [hadits riwayat Abu Daud # 2042]".

"Mengirim salam kepada para Haji dan penziarah keatas Nabi saw dan membebankan selawat mereka keatasnya".Apa yang dianjurkan didalam Islam kepada sesiapa yang ingin memberi salam kepada Nabi ialah memperbanyakkan selawat salam kepada baginda -"Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat diatas bumi yang mengembara keliling meyampaikan kepadaku salam dari Umatku" - [Hadith riwayat Ahmad 1/144, Al-Nasaa'i #1282,
Kepada mereka yang berada di kubur Nabi Muhammad SAW, digalakkan memberi salam kepada Beliau SAW dan juga memperbanyakkan selawat dimana saja mereka berada.

AL FAATIHAH - MUJAHADAH !

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
05.37 0 Read More →
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Selamat Datang

Assalamu 'alaikum wa 'alaikunna wr. wb.

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM

Selamat datang, bergabung dan menyimak di halaman Silaturrahmi http://tujuhtujuhbelas.blogspot.co.id

FORUM KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WAHIDIYAH

Catatan Kecil : KISAH DAN PETUAH INSPIRATIF, DISKUSI DAN DIALOG INTERAKTIF, LAYANAN TANYA JAWAB DAN KONSULTASI ONLINE SERTA BERBAGI ATAU SHARING.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !

Bacalah selalu baik lisan maupun dalam hati dimana ingat dan kapanpun Anda berada kalimat nida' :

"YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !"

Berfaedah sangat besar dan luar biasa, berfungsi sebagai "Rahmatan Lil 'alamiin" dan "Tibbil Qulub" artinya rahmat (welas asih) bagi seluruh alam dan penyembuh atau obat hati, dapat berfadhilah untuk keperluan/hajat apa saja, solusi masalah apa saja, terutama untuk membersihkan dan menjernihkan hati, untuk kedamaian dan ketentraman jiwa serta sadar ma'rifat Billah wa Rosulihihi SAW. Berfadhilah untuk menyembuhkan dan mengobati hati dari sifat-2 tercela dan kegundahan, mengobati tubuh dari beberapa penyakit (memberikan kesehatan jasmani dan rohani), memberi cahaya dan sinar bagi mata hati. Buktikan sendiri keampuhan do'a tawassul tersebut, Insya Alloh Anda akan dapat merasakan berkah dan manfaatnya !. Amiin !.

AMALKAN “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” diulang-ulang selama kurang lebih 30 menit tiap hari, selama 40 hari berturut-turut.

Boleh diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan, baik tua, muda ataupun anak-anak, dari suku bangsa manapun dan agama apapun silakan mengamalkan, bahkan sangat dianjurkan tuk menyiarkannya.

Sebar luaskan kepada seluruh kerabat, teman, tetangga, sahabat dan semua orang yang kita temui dengan ikhlas, bijaksana dan welas asih.

Terima kasih dan Jazaa kumulloohu khoirooti wa sa'aadaatid dun-ya wal aakhirfoh Amiin !.

Popular Posts

  • MASYAYIH LIRBOYO MELARANG AMALAN ALIRAN WAHIDIYAH
  • GUS DUR (KH. ABDURRAHMAN WACHID) ORA TERIMO WAHIDIYAH DISESATKAN !
  • ORANG YANG PERNAH MENJADI NO 1 DI INDONESIA PUN MENJADI PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH

Blog Archive

  • ►  2016 (24)
    • ►  Juni (10)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (6)
  • ▼  2015 (21)
    • ▼  Desember (21)
      • 554 - AJARAN WAHIDIYAH "LILLAH BILLAH"
      • 553 Ajaran Wahidiyah
      • 524 - Contoh Doa Tawassul
      • 539 - Terlihat Jauh Makam Rosululloh saw., Preside...
      • 542 - Mengapa Rasulullah SAW Memiliki Syafaat Besa...
      • 552 (Bagian Kedua) Tata Cara dan Adab Melaksanakan...
      • 551 - Tata Cara dan Adab Pelaksanaan Ibadah Umrah
      • MUJAHADAH ILMU LADUNI
      • 267 -TULUS IKHLAS BERGURU KEPADA MURSYID YANG KAMI...
      • Catatan Kecil 541, Zuhud ~ Pesan Syaikh Abu Hasan ...
      • Bangunlah Dari Mimpi (3) ! (Selesai)
      • Bangunlah Dari Mimpi (2)
      • Bangunlah Dari Mimpi ! (1)
      • MENDIDIK MANUSIA MENCINTAI RASUL-NYA
      • Peringatan Maulid Nabi SAW
      • Catatan Kecil : 525 - Ketika Rasulullah SAW menjel...
      • Diskusi Dengan Mas Aris Budiman - WASIAT PARA WALI...
      • Catatan Kecil : 546 (CONTOH-CONTOH TEKS ACARA WAHI...
      • (Catatan Kecil : 3) HAL SYAFA’AT
      • (Catatan kecil, Kisah dan Petuah : 2) Berita Duka-...
      • Catatan Kecil 547 : Dasar Menambahkan Saayidina k...

Posted by:

AHMAD DIMYATHI, S. Ag

Mobile Phones :
(0251) 8660966 (Kantor)
082226668817
085773653117
089527405377

Email :
pak.dimyathi@gmail.com

Facebook :
https://www.facebook.com/ahmad.dimyathi.5264

Twitter :
https://twitter.com/AHMADDIMYATHISA

Groups :
https://www.facebook.com/groups/1578120242468050/

Basic Information :
Kominfo Wahidiyah

Birthday :
February 25, 1958

Gender :
Male

Home Address :
Cimandala Sukaraja Bogor Jabar.
© CatatanKecil 2016. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Catatan Kecil | Powered by Blogger
Design by Tomas Toman | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com